Kasus kematian seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP (39) di sebuah kamar kos di Menteng, Jakarta Pusat, masih menyisakan tanda tanya. ADP ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban kuning, memicu penyelidikan mendalam terkait penyebab kematiannya.
Penyelidikan psikologis yang dilakukan oleh Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpsi mengungkap kondisi mental yang kompleks sebelum kematian ADP. Sebagai seorang diplomat yang bertugas melindungi WNI di luar negeri dalam situasi krisis, ADP dituntut memiliki empati tinggi dan ketahanan psikologis yang kuat. Tugas ini, menurut Apsifor, berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti burnout dan kelelahan emosional akibat terus menerus terpapar penderitaan dan trauma.
Meskipun dikenal sebagai pribadi yang positif, bertanggung jawab, dan suportif, ADP ternyata kesulitan mengekspresikan emosi negatif, terutama saat menghadapi tekanan tinggi. Tekanan ini dihayati secara mendalam dan mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri sendiri, lingkungan, dan masa depan. Ia cenderung memendam emosi negatif dan tidak menunjukkannya kepada orang lain.
Terungkap bahwa ADP pernah berupaya mengakses layanan kesehatan mental secara daring, tercatat sejak tahun 2013 dan terakhir pada tahun 2021. Kepribadiannya yang cenderung menekan perasaan membuatnya kesulitan mengelola kondisi psikologis negatif secara adaptif. Dinamika batin ini menghambatnya untuk mencari dukungan, baik dari orang terdekat maupun tenaga profesional.
Akumulasi tekanan hidup dan penghayatan negatif terhadap diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi proses pengambilan keputusannya terkait cara mengakhiri hidup.
Pihak kepolisian, melalui Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, menyimpulkan bahwa kematian ADP tidak melibatkan pihak lain. Dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyatakan penyebab kematian ADP adalah mati lemas akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernapasan atas.
Barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian meliputi gulungan lakban, kantong plastik, dompet, dan obat-obatan. Sidik jari ADP juga ditemukan pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kesehatan mental dan dukungan bagi individu yang menghadapi tekanan tinggi. Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami kesulitan emosional, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Informasi mengenai layanan konseling dapat ditemukan di https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/layanan-konseling-psikolog-psikiater/. Anda tidak sendirian.