Iran dilaporkan telah mengaktifkan sistem pertahanan rudal S-400 Triumf buatan Rusia di dekat Isfahan. Langkah ini diambil sebulan setelah Amerika Serikat (AS) melakukan pengeboman terhadap tiga situs nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Sistem rudal canggih ini terpantau beroperasi sejak 26 Juli.
S-400, hasil pengembangan Almaz-Antey Rusia, dikenal sebagai salah satu sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh paling mutakhir yang tersedia untuk diekspor. Sistem ini mampu menyasar pesawat terbang, rudal jelajah, drone, dan rudal balistik pada jarak hingga 400 kilometer dan ketinggian hingga 30 kilometer.
Dengan dilengkapi radar phased array canggih, S-400 dapat melacak hingga 80 target secara simultan dan menyerang hingga 36 target sekaligus, menggunakan berbagai varian rudal seperti 48N6E3 dan 40N6.
Uji coba sistem pertahanan ini dipandang sebagai pesan tegas bagi Israel dan AS, menegaskan kesiapan Iran dalam melindungi wilayah udaranya.
Laporan menyebutkan bahwa uji coba tersebut melibatkan seluruh baterai S-400. Baterai ini terdiri dari radar akuisisi 91N6E "Big Bird", radar pengintai 92N6E "Grave Stone", unit komando dan kontrol, serta sejumlah peluncur rudal 5P85TE2.
Peningkatan aktivitas radar dan pergerakan pesawat angkut di wilayah tersebut telah diamati dalam beberapa minggu terakhir, mengindikasikan bahwa uji coba ini merupakan bagian dari latihan militer Iran yang lebih luas.
Meskipun pemerintah Iran belum memberikan konfirmasi resmi terkait uji coba sistem rudal S-400 buatan Rusia ini, para ahli pertahanan regional berpendapat bahwa ini adalah kali pertama sistem tersebut dioperasikan di lapangan di dalam wilayah Iran.
Kabar mengenai akuisisi sistem S-400 oleh Iran pertama kali mencuat pada Agustus 2024, ketika sebuah pesawat angkut militer Il-76 Rusia terlihat di Teheran, diduga mengangkut komponen-komponen utama sistem tersebut.
Meskipun Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebelumnya meragukan perlunya S-400 dan lebih mengandalkan sistem buatan lokal seperti Bavar-373 dan Khordad 15, uji coba terbaru menunjukkan bahwa Iran kini secara operasional mengerahkan sistem Rusia tersebut.
Eratnya Hubungan Militer Iran-Rusia
Kerja sama militer antara Rusia dan Iran semakin erat selama perang di Ukraina, dengan Iran memasok Rusia dengan sejumlah besar senjata, drone, dan amunisi yang telah mengubah dinamika konflik.
Sejak pertengahan 2022, Iran telah memasok Rusia dengan ribuan drone, terutama seri Shahed, yang telah digunakan secara ekstensif di Ukraina.
Drone-drone ini, termasuk model Shahed-136 dan Shahed-131, telah digunakan sebagai amunisi yang dapat terbang dan menargetkan militer Ukraina dan infrastruktur penting, sebagai kompensasi atas menipisnya persediaan rudal jelajah Rusia yang bergantung pada komponen impor.
Selain drone, Iran telah meningkatkan dukungannya dengan memasok rudal balistik ke Rusia. Pengiriman sistem rudal balistik jarak pendek seperti Fath-360 dan Fateh-110 menandai peningkatan signifikan dalam daya gempur bantuan Iran.
Pejabat militer AS menyatakan bahwa Iran telah menyumbangkan lebih dari 400 rudal balistik jarak pendek ke Rusia, dan sumber intelijen mengindikasikan bahwa personel Rusia telah berlatih di Iran untuk mengoperasikan sistem rudal ini.
Transfer senjata ini merupakan bagian dari pakta kerja sama pertahanan strategis yang lebih luas yang ditandatangani oleh kedua negara, yang mencakup latihan militer bersama, produksi bersama peralatan militer, dan peningkatan pembagian intelijen.
Pasukan Rusia juga telah memulai produksi dalam negeri drone rancangan Iran, seperti tipe Shahed, di fasilitas seperti Zona Ekonomi Khusus Alabuga, yang mencerminkan tingkat integrasi teknologi dan operasional yang tinggi antara militer kedua negara.