Saksi Mata Tentara Bayaran AS: Anak Palestina 5 Tahun Ditembak Mati Tentara Israel Saat Mencari Bantuan di Gaza

GAZA – Seorang mantan tentara Amerika Serikat yang bekerja sebagai kontraktor keamanan di lokasi pembagian bantuan di Gaza menyaksikan langsung kematian tragis seorang anak Palestina berusia lima tahun. Anak itu ditembak mati oleh tentara Israel saat ia sedang berusaha mendapatkan makanan. Kejadian mengerikan itu terjadi sesaat setelah anak itu mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diterimanya.

Anthony Aguilar, veteran militer AS selama 25 tahun, mengungkapkan pengalaman traumatisnya. Menurutnya, kejadian di lokasi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) itu menunjukkan "dehumanisasi" terhadap warga Palestina.

"Saya ingin rakyat Amerika dan Israel tahu bahwa warga sipil di Gaza yang mencari makanan adalah orang-orang kelaparan, bukan binatang. Namun, mereka diperlakukan seperti binatang," ujarnya.

Aguilar menceritakan kejadian pada 28 Mei lalu, ketika seorang anak bernama Amir menghampirinya.

"Amir berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya. Awalnya saya kira dia ingin makan lagi, tapi saya tidak punya apa-apa. Lalu saya memanggilnya untuk mendekat," kenang Aguilar.

"Amir memegang dan mencium tangan saya, lalu berkata, ‘Shukran (Terima Kasih).’"

Aguilar menambahkan bahwa anak itu tidak memakai sepatu dan pakaiannya terlihat kedodoran karena sangat kurus.

"Saya meletakkan tangan di bahunya dan menatap matanya. Saya bilang, ‘Orang-orang peduli. Kamu manusia dan orang-orang peduli padamu. Dunia peduli,’" katanya.

Amir hanya membawa setengah karung beras dan kacang lentil yang ditemukannya di tanah. Aguilar terharu karena anak itu tetap berterima kasih atas sisa-sisa makanan tersebut.

"Dia meletakkan makanannya di tanah dan memegang wajah saya, lalu mencium saya dan berkata, ‘Terima kasih’ dalam bahasa Inggris," ujar Aguilar.

Setelah itu, Amir mengumpulkan barang-barangnya dan kembali ke kelompoknya.

"Kemudian, ia ditembaki dengan semprotan merica, gas air mata, granat kejut, dan peluru yang ditembakkan ke udara. Dia lari ketakutan," kata Aguilar.

"IDF (Tentara Israel) menembaki kerumunan itu. Warga Palestina, warga sipil, berjatuhan ke tanah. Amir adalah salah satunya," tambahnya.

"Amir berjalan 12 kilometer untuk mendapatkan makanan, hanya mendapatkan sisa-sisa makanan, berterima kasih untuk itu dan meninggal!" Aguilar menekankan bahwa kejadian serupa terjadi setiap hari di lokasi tersebut, di mana warga sipil tak berdosa ditembaki.

Aguilar juga mengungkapkan bahwa lokasi-lokasi bantuan GHF dirancang sebagai "jebakan maut."

"Lokasi-lokasi tersebut sengaja dibangun di tengah zona pertempuran aktif. Ini merupakan pelanggaran protokol Konvensi Jenewa, hukum humaniter, dan kemanusiaan secara umum," tegasnya.

Aguilar juga menyoroti penggunaan amunisi M855 berujung hijau, yang dirancang untuk membunuh, terhadap warga sipil tak bersenjata. Ia juga mempertanyakan status hukum kontraktor GHF di Gaza yang menggunakan visa turis.

Menurut data terbaru, lebih dari 1.239 "pencari bantuan" telah tewas di atau dekat lokasi distribusi bantuan sejak akhir Mei, dan lebih dari 8.152 orang terluka. Total korban tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023, mencapai 60.138 jiwa dan 146.269 luka-luka.

Scroll to Top