Kilas Balik Kinerja Emiten Semester Pertama 2025: Antara Tantangan dan Harapan

Semester pertama tahun 2025 menjadi periode yang penuh warna bagi sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia. Dari sektor perbankan hingga konsumer, kinerja perusahaan mencerminkan dinamika ekonomi yang terus berkembang. Mari kita telaah lebih dalam!

BBRI: Laba Tertekan Beban Provisi, NII Jadi Penyelamat

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan laba bersih Rp 12,6 triliun di kuartal kedua 2025, menyusut 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara kumulatif, laba bersih semester pertama mencapai Rp 26,3 triliun, turun 12% YoY dan di bawah proyeksi awal. Kenaikan beban provisi menjadi penyebab utama penurunan ini, meskipun pendapatan operasional sebelum provisi (PPOP) masih tumbuh positif. Kabar baiknya, tren Net Interest Income (NII) menunjukkan perbaikan, didorong oleh pertumbuhan kredit dan dana murah (CASA). Namun, kualitas aset di segmen mikro mengalami penurunan, dengan NPL meningkat menjadi 3,86%. BBRI optimis akselerasi belanja pemerintah dan potensi penurunan suku bunga di semester kedua akan menjadi katalis positif.

UNVR: Penjualan Mulai Stabil, Buyback Saham Jadi Andalan

Unilever Indonesia (UNVR) mencatatkan laba bersih Rp 918 miliar di kuartal kedua 2025, atau Rp 2,16 triliun untuk semester pertama. Penurunan pendapatan mulai melambat, dan pangsa pasar menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. UNVR juga mengumumkan rencana buyback saham senilai Rp 2 triliun dengan harga maksimum Rp 1.700 per saham.

INDF & ICBP: Laba Melonjak Didorong Kurs, Kinerja Operasional Bervariasi

Indofood Sukses Makmur (INDF) mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar Rp 3,11 triliun di kuartal kedua 2025, dan Rp 5,84 triliun untuk semester pertama. Kenaikan ini terutama didorong oleh keuntungan dari selisih kurs. Sementara itu, Indofood CBP (ICBP) juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan. Namun, secara operasional, EBIT ICBP mengalami penurunan akibat kenaikan harga bahan baku.

KLBF: Kinerja Solid Sesuai Ekspektasi

Kalbe Farma (KLBF) mencatatkan laba bersih Rp 898 miliar di kuartal kedua 2025, atau Rp 1,98 triliun untuk semester pertama. Kinerja ini sejalan dengan proyeksi awal. Namun, pertumbuhan pendapatan melambat dan margin laba usaha tertekan oleh kenaikan biaya penjualan.

TPIA: Keuntungan One-Time Dongkrak Laba Bersih

Chandra Asri Pacific (TPIA) mencatatkan lonjakan laba bersih berkat keuntungan one-time dari akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. Namun, secara operasional, TPIA masih mencatatkan kerugian usaha.

GGRM: Laba Tergerus Penurunan Pendapatan

Gudang Garam (GGRM) mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan akibat penurunan pendapatan. Kontribusi segmen SKM yang lebih tinggi dengan cukai yang lebih tinggi juga menekan margin laba kotor.

TSPC: Penjualan Lesu, Beban Operasional Meningkat

Tempo Scan Pacific (TSPC) mencatatkan penurunan laba bersih akibat penurunan pendapatan dan kenaikan beban operasional, terutama biaya iklan dan promosi.

Isu Hangat di Pasar Modal

  • The Fed Tahan Suku Bunga: Bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan, mempertimbangkan perang dagang yang dapat menghambat penurunan inflasi.
  • BI Intervensi Rupiah: Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang melemah.
  • Tembaga Olahan Bebas Tarif AS: Keputusan ini menyebabkan harga tembaga berjangka anjlok.
  • Rekening Dormant Dibuka Kembali: Sebagian rekening dormant yang sebelumnya diblokir oleh PPATK kini telah dibuka kembali.
  • SMRA Akan Audit Laporan Keuangan: Summarecon Agung akan melakukan audit laporan keuangan semester pertama karena ada aksi korporasi yang direncanakan.
  • Direktur POWR Tambah Kepemilikan Saham: Direktur Cikarang Listrindo menambah kepemilikan sahamnya di POWR.
Scroll to Top