Pengobatan TBC di Tabanan Terhambat Ketakutan Masyarakat, Kasus Tersembunyi Meningkat

TABANAN, NusaBali – Upaya pengendalian Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Tabanan menghadapi kendala serius. Dinas Kesehatan Tabanan menyoroti cakupan pengobatan TBC yang masih rendah, salah satunya disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat untuk menjalani pemeriksaan dahak. Mereka khawatir jika hasilnya positif TBC.

Ketakutan ini menjadi penghalang utama dalam deteksi dini dan penanganan kasus. Masyarakat cenderung menolak pemeriksaan dahak, padahal deteksi dini sangat krusial.

Data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara estimasi kasus TBC dan jumlah kasus yang berhasil ditemukan serta ditangani. Sejak tahun 2020 hingga Juni 2025, estimasi kasus selalu lebih tinggi. Contohnya, pada tahun 2020, dari estimasi 995 kasus, hanya 197 kasus terduga TBC yang terdeteksi. Situasi serupa terjadi pada tahun 2024, di mana dari estimasi 602 kasus, hanya 304 kasus terduga TBC yang ditemukan. Bahkan, pada semester pertama tahun 2025, terjadi penurunan drastis, dengan hanya 138 kasus ditangani dari estimasi 599 kasus, atau sekitar 23%.

Selain ketakutan untuk diperiksa, masyarakat juga cenderung enggan melapor ketika mengalami gejala seperti batuk berkepanjangan. Beberapa bahkan menyembunyikan keluhan tersebut. Kurangnya inisiatif masyarakat untuk memeriksakan diri, meskipun sosialisasi telah ditingkatkan, menjadi perhatian serius.

Pada tahun 2024, dari total kasus TBC Sensitif Obat (SO) yang menjalani pengobatan, hanya 42% dinyatakan sembuh dan 39% menyelesaikan pengobatan. Sisanya, 13% meninggal, 4% hilang kontak, dan sebagian gagal pengobatan atau tidak dievaluasi. Pasien yang berhenti berobat umumnya mengalami efek samping obat, memiliki hasil lab abnormal, atau pindah domisili tanpa informasi yang jelas.

Dinas Kesehatan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, peningkatan edukasi, dan pendekatan langsung ke masyarakat. Peningkatan peran aktif fasilitas layanan kesehatan serta kolaborasi antarlembaga untuk mendekatkan layanan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan. Tanpa kesadaran bersama, pengendalian TBC akan sulit tercapai.

Scroll to Top