Rupiah Tertekan, Mata Uang Asia Berjatuhan Dihantam Penguatan Dolar AS

Nilai tukar mata uang di kawasan Asia mayoritas mengalami kemerosotan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Jumat (1 Agustus 2025).

Hanya Dong Vietnam yang mampu bertahan stabil. Mata uang lainnya, termasuk Rupiah Indonesia, harus mengakui keunggulan Dolar AS.

Won Korea Selatan mencatat penurunan terdalam, terpuruk 0,47%. Diikuti oleh Dolar Taiwan dan Ringgit Malaysia yang masing-masing melemah 0,43% dan 0,40%. Rupiah sendiri tercatat melemah 0,30%, menjadi salah satu mata uang dengan performa terburuk di Asia.

Peso Filipina dan Baht Thailand juga tak luput dari tekanan, masing-masing melemah 0,32% dan 0,18%. Sementara itu, Yuan China dan Rupee India mengalami pelemahan yang lebih terbatas, yaitu sebesar 0,11% dan 0,08%.

Pelemahan yang lebih tipis terjadi pada Riel Kamboja (0,05%), Yen Jepang, dan Dolar Singapura (keduanya 0,03%).

Mengapa Dolar AS Menguat?

Kekuatan Dolar AS yang terus berlanjut menjadi penyebab utama tekanan terhadap mata uang regional. Indeks Dolar AS (DXY) terus merangkak naik, mencapai level tertinggi sejak akhir Mei 2025.

Kebijakan Presiden AS Donald Trump menjadi pemicu utama penguatan ini. Trump kembali meningkatkan tensi perdagangan global dengan menerapkan tarif global sebesar 10% dan bea masuk balasan hingga 41% terhadap negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang dengan AS.

Selain itu, Trump juga mengumumkan tarif 40% untuk barang-barang yang diindikasikan melakukan transshipment demi menghindari tarif yang sudah ada. Langkah ini memicu kekhawatiran pasar akan perang dagang yang lebih luas, mendorong investor berbondong-bondong mencari perlindungan di aset safe haven seperti Dolar AS.

Scroll to Top