Menteri Luar Negeri Jerman menyampaikan peringatan tegas kepada Israel terkait situasi kemanusiaan yang memburuk di Jalur Gaza. Kondisi ini berpotensi mengisolasi Israel dari pergaulan internasional jika perbaikan segera tidak dilakukan.
Usai bertemu dengan para pemimpin Israel di Yerusalem, sang menteri menyoroti bahwa perdamaian di Timur Tengah berada di persimpangan jalan. Perdebatan di Uni Eropa mengenai sanksi terhadap Israel, serta meningkatnya negara-negara Eropa yang bersiap mengakui Palestina, menjadi perhatian serius.
"Dengan ancaman aneksasi Palestina oleh beberapa elemen pemerintahan Israel, semakin banyak negara Eropa bersiap mengakui Palestina, bahkan tanpa negosiasi," tegasnya.
Pernyataan ini muncul di tengah kekhawatiran atas arah kebijakan pemerintah Israel saat ini. Koalisi Perdana Menteri Netanyahu mencakup partai sayap kanan yang menyerukan penaklukan Gaza dan pendirian kembali permukiman Yahudi. Beberapa menteri senior bahkan mendukung aneksasi Tepi Barat.
Saat berada di Yerusalem, Menteri Luar Negeri Jerman bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel, Perdana Menteri Netanyahu, dan Presiden Isaac Herzog. Ia menyampaikan keprihatinannya atas kelaparan di Gaza, menyebutnya "tidak dapat diterima dan harus segera diubah."
Ia menekankan perlunya perbaikan mendasar bagi warga sipil Gaza dan menyerukan gencatan senjata penuh, menilai jeda pertempuran harian tidak lagi memadai. Ia juga mendesak Hamas untuk membebaskan para sandera.
Sebelumnya, ia mendesak Israel membuka akses darat untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza. Penyaluran bantuan melalui truk adalah cara paling efektif meringankan penderitaan warga Gaza.
"Hanya melalui jalur darat bantuan dapat mencapai warga dalam jumlah yang cukup," ujarnya. Ia mendesak pemerintah Israel mengizinkan PBB dan organisasi bantuan internasional mengakses wilayah tersebut secara aman dan mendistribusikan bantuan.
Sebelum bertolak ke Israel, sang menteri menekankan perlunya Israel memperbaiki situasi bencana di Gaza secara menyeluruh dan berkelanjutan. Operasi militer telah menimbulkan kematian dan penderitaan yang sangat besar.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, jumlah korban jiwa dalam perang Israel-Hamas telah melampaui 60.000 jiwa. Jumlah warga sipil yang meninggal karena kelaparan dan malnutrisi terus meningkat.
Foto dan video anak-anak kelaparan yang beredar luas telah mengguncang opini publik global dan memperkuat kritik terhadap blokade bantuan ke wilayah Palestina.
Sang menteri menegaskan bahwa Jerman akan terus mendukung Israel untuk memastikan Hamas membebaskan para sandera, termasuk warga negara Jerman. Hamas harus dilucuti dan tidak lagi berkuasa di wilayah Palestina.
Namun, ia memperingatkan Israel agar tidak terus meningkatkan eskalasi konflik. "Jerman juga akan dipaksa merespons langkah-langkah sepihak terhadap keutuhan wilayah Palestina," tegasnya.
Saat ini, Jerman belum mempertimbangkan untuk mengakui negara Palestina. Solusi dua negara yang dinegosiasikan tetap menjadi satu-satunya jalan bagi kedua pihak untuk hidup dalam damai, aman, dan bermartabat. Pengakuan negara Palestina lebih mungkin dilakukan di akhir proses perdamaian, yang harus dimulai sekarang.
Kanselir Jerman menyatakan bahwa arah pembicaraan yang sedang berlangsung dapat memengaruhi keputusan Jerman terkait kemungkinan mendukung sanksi terhadap Israel, mitra dekatnya. Pemerintah Jerman tetap membuka opsi untuk mengambil langkah terkait jika diperlukan.
Komisi Eropa telah merekomendasikan untuk menutup sebagian akses bagi Israel untuk menerima program pendanaan riset Horizon Europe. Belum jelas apakah Jerman akan mendukung langkah tersebut.
Partai Sosial Demokrat, mitra koalisi junior dalam pemerintahan Jerman, mendesak pemerintah agar menekan Israel untuk mengizinkan pengiriman bantuan ke Gaza melalui jalur darat. Harus ada tekanan nyata untuk mengakhiri penderitaan di Gaza. Pengiriman senjata yang digunakan untuk tindakan yang melanggar hukum internasional tidak boleh lagi diizinkan.