Tragedi Bantuan Gaza: Lebih dari 1.000 Nyawa Melayang dalam Distribusi yang Kacau

GAZA – Sistem distribusi bantuan di Gaza, yang didukung oleh AS dan Israel melalui GHF, kini menjadi "bencana" yang memilukan, menurut mantan pejabat tinggi PBB. Lebih dari seribu orang tewas dalam upaya mencari bantuan, sebuah angka yang mencengangkan dan terus bertambah.

"Operasi ini jelas termiliterisasi," ujar seorang sumber terpercaya, menyoroti keterlibatan kontraktor keamanan dan kedekatan dengan kamp militer Israel. "Semua ini adalah pengkhianatan mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan." Ironisnya, operasi ini seharusnya menjadi satu-satunya jalur bantuan yang diizinkan Israel di Gaza.

Kisah pilu datang dari warga Gaza yang tercekik krisis pangan akibat blokade. Seorang anak laki-laki berjuang mencari makanan untuk adik-adiknya setelah kehilangan ayah. "Jika saya tidak pergi, adik-adik saya akan mati kelaparan," ujarnya dengan nada putus asa.

Seorang ibu dari delapan anak kehilangan putri kelimanya akibat malnutrisi. "Anak keempat saya meninggal karena kekurangan gizi. Kami tidak bisa memberinya makan," ungkapnya dengan hati hancur.

Bahkan upaya mendapatkan bantuan berubah menjadi "perjalanan maut". Seorang ibu tunggal menggambarkan perebutan sengit di lokasi distribusi, di mana hanya yang terkuat yang bisa mendapatkan sedikit makanan. "Ada anak-anak yang berusaha keras, tetapi para pria datang merebutnya," katanya. Meski terluka dalam kerumunan, ia bersyukur mendapatkan sedikit beras, minyak goreng, dan tomat. "Ini adalah berkah dari Tuhan," ujarnya.

Situasi ini bukan sekadar kekecewaan. Ini adalah tragedi besar, sebuah kejahatan yang menuntut perhatian dunia.

Scroll to Top