Yerusalem – Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, menyampaikan keprihatinannya yang mendalam atas situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Setelah bertemu dengan para pejabat tinggi Israel, termasuk PM Benjamin Netanyahu, Wadephul menyebut kondisi di Gaza sudah di luar batas imajinasi dan tidak bisa lagi ditoleransi.
Wadephul menekankan pentingnya Israel untuk segera mengirimkan bantuan kemanusiaan dan medis secara aman dalam jumlah yang memadai. Hal ini bertujuan untuk mencegah kematian massal akibat kelaparan yang melanda wilayah tersebut. Baginya, sangat tidak dapat diterima ketika pria, wanita, dan anak-anak tewas setiap hari dalam upaya putus asa mencari makanan.
Tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat untuk menyetujui gencatan senjata dan mengizinkan masuknya bantuan makanan ke Gaza, di mana laporan PBB menunjukkan kelaparan telah meluas.
Kanada baru-baru ini mengikuti jejak Prancis dan Inggris dalam mengumumkan rencana untuk secara resmi mengakui negara Palestina. Sementara Jerman sendiri masih menunda pengakuan tersebut, berpegang pada pendirian bahwa pengakuan hanya dapat diberikan setelah negosiasi antara Israel dan Palestina.
Wadephul memperingatkan potensi keretakan hubungan antara Israel dan Uni Eropa, serta menyerukan kejelasan dari Israel bahwa tidak ada kebijakan pengusiran atau aneksasi. Menurutnya, saat ini Jerman harus mengambil sikap tegas.
Mayoritas anggota parlemen Israel baru-baru ini meloloskan mosi tidak mengikat yang mendesak pemerintah untuk menganeksasi Tepi Barat. Beberapa anggota koalisi pemerintahan sayap kanan Netanyahu bahkan secara terbuka menyerukan pendudukan jangka panjang atas Jalur Gaza.
Jerman telah berulang kali menentang aneksasi Tepi Barat oleh Israel dan menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, yang telah dilanda perang selama 23 bulan terakhir.