Kompetisi Debat Bahasa Mandarin untuk Santri: Inovasi Dakwah di Era AI

Sebuah inisiatif unik muncul: kompetisi debat berbahasa Mandarin khusus untuk santri pondok pesantren. Gagasan ini digulirkan dalam sebuah perjalanan menuju Lasem, hasil diskusi antara Dahlan Iskan dan Novi Basuki, serta mendapat dukungan dari Tomy Gutomo, pemimpin redaksi Harian Disway.

Kompetisi ini bertujuan untuk menggabungkan tradisi pesantren dengan pandangan futuristik, dengan fokus pada isu-isu terkini seperti kecerdasan buatan (AI) dan dakwah.

Tema debat yang diangkat tidaklah ringan: "Santri, AI, Dakwah". Para santri diharapkan mampu menggali literatur, merenung, dan mengembangkan imajinasi mereka untuk menjawab tantangan zaman. Bagaimana AI dapat memengaruhi dakwah? Apakah avatar akan menggantikan peran juru dakwah konvensional? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan menjadi bahan perdebatan menarik.

Pelaksanaan kompetisi direncanakan pada bulan September 2025, dengan final pada 1 Oktober. Pengumuman yang lebih awal dimaksudkan agar para peserta memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri.

Peserta dapat mendaftar atas nama pondok pesantren atau secara independen, asalkan setingkat SMA/Aliyah. Setiap tim terdiri dari tiga orang, dan satu pondok pesantren diperbolehkan mengirim lebih dari satu tim.

Sistem kompetisi menggunakan sistem gugur di babak penyisihan, hingga babak final yang mempertemukan lima tim terbaik. Novi Basuki akan bertindak sebagai ketua dewan juri, didampingi juri dari Masjid Cheng Ho dan alumni pesantren yang fasih berbahasa Mandarin.

Kompetisi ini diharapkan menjadi wadah bagi santri untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Mandarin, berpikir kritis, dan berimajinasi tentang masa depan dakwah di era teknologi.

Scroll to Top