Ringkasan Performa Pasar Harian: Rupiah Tertekan, Emas Cetak Rekor Tertinggi!

Stockbitor yang budiman!

Indeks dolar AS (DXY) menunjukkan pelemahan signifikan sebesar -1,8% dalam seminggu terakhir, menyentuh level 98,36 pada hari Selasa (22/4). Bahkan, sempat menyentuh titik terendah sejak Maret 2022 di level 97,93 pada hari Senin (21/4). Sejak awal tahun, DXY telah tergerus -9,3%. Faktor-faktor yang memicu penurunan ini antara lain keluarnya investor dari AS akibat tensi perang dagang, kekhawatiran resesi, serta isu independensi The Fed yang terancam akibat rencana Presiden Trump untuk mengganti Jerome Powell.

Meskipun demikian, Powell menegaskan komitmennya untuk tetap menjabat hingga masa baktinya berakhir pada Mei 2026, serta menyatakan bahwa regulasi tidak memungkinkan Trump untuk memecatnya.

Di tengah pelemahan DXY, harga emas justru melambung dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di 3.499 dolar AS per troy ounce dalam perdagangan intraday. Pada hari Senin (21/4), harga emas spot ditutup naik +3,28% di level 3.423 dolar AS per troy ounce, melonjak +28,8% sejak awal tahun. Investor juga beralih ke mata uang negara maju lainnya, seperti yen (+12,1% YTD), euro (+11% YTD), dan poundsterling (+6,8% YTD).

Sayangnya, rupiah justru melemah -4,7% sejak awal tahun ke level 16.855 per hari ini. Meskipun sedikit menguat dari level terendahnya di 16.957 pada 9 April 2025, depresiasi rupiah ini menjadikannya salah satu mata uang negara berkembang dengan kinerja terburuk. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan investor yang rentan terhadap Indonesia. MUFG Bank Ltd. memperkirakan rupiah akan terus melemah hingga 17.100 dalam beberapa bulan mendatang, sementara Barclays Bank plc memproyeksikan rupiah akan mencapai 17.200 pada kuartal pertama 2026, dengan asumsi intervensi dari Bank Indonesia.

Inti Sari:

Tren peralihan investor ke emas diperkirakan akan terus berlanjut. Goldman Sachs bahkan menaikkan proyeksi harga emas pada akhir 2025 menjadi 3.700 dolar AS per troy ounce, didorong oleh kekhawatiran terhadap ekonomi AS dan eskalasi perang dagang.

Nilai tukar rupiah yang tertekan terhadap dolar AS dapat membatasi ruang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Konsensus ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga BI Rate di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur pada hari Rabu (23/4), karena kekhawatiran terhadap depresiasi kurs.

Kabar Korporasi: BUMI Rencanakan Kuasi Reorganisasi Lagi!

  • $BUMI: Bumi Resources berencana meminta persetujuan pemegang saham untuk melakukan kuasi reorganisasi dalam RUPSLB pada 2 Juni 2025, dengan cara mengeliminasi defisit saldo laba senilai ~2,3 miliar dolar AS menggunakan agio saham.
  • $DRMA: Pemegang saham Dharma Polimetal menyetujui pembagian dividen tahun buku 2024 senilai 43 rupiah per saham, setara 35% dividend payout ratio. Indikasi dividend yield adalah 4,7%. DRMA menargetkan pertumbuhan laba bersih dan pendapatan sebesar +10% YoY selama 2025.
  • $BTPS: BTPN Syariah akan membagikan dividen tahun buku 2024 senilai 34,5 rupiah per saham, setara 25% dividend payout ratio. Indikasi dividend yield adalah 3,5%.
  • $SSMS: Sawit Sumbermas Sarana akan membagikan dividen tahun buku 2024 senilai 47,24 rupiah per saham, setara 54,9% dividend payout ratio. Indikasi dividend yield adalah 2,9%.
  • $NINE: Advance Opportunities Fund membeli 6 juta saham NINE dengan harga rata–rata 113 rupiah per lembar.
  • $LPCK: Lippo Cikarang berencana menggelar rights issue hingga ~3 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan 500 rupiah per lembar, dengan tujuan untuk setoran modal kepada PT Mahkota Sentosa Utama (Meikarta).

Sorotan Lainnya:

  • China bersedia mengimpor lebih banyak produk dari Indonesia. Kemitraan dengan China dan AS sama pentingnya bagi Indonesia.
  • Impor batu bara China dari Indonesia turun -9% YoY pada Maret 2025.
  • Kementerian ESDM melarang pengembangan PLTU baru dan membatasi operasional PLTU existing paling lama hingga 2050.
  • AS mempermasalahkan praktik kepabeanan di Indonesia sebagai salah satu hambatan non–tarif.
  • Harga ayam hidup anjlok tajam akibat oversupply.
  • AISI mempertimbangkan untuk memangkas target penjualan motor domestik selama 2025.

Tips Investasi: Cara Deteksi Saham Gorengan!

Kenali ciri-ciri saham gorengan dengan SMART Checklist agar terhindar dari kerugian. Hindari saham yang kenaikannya terlalu menggiurkan namun berisiko tinggi.