Gunung Lewotobi Laki-laki yang menjulang di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya yang dahsyat pada dini hari tadi, pukul 01.05 WITA. Erupsi eksplosif ini melontarkan kolom abu setinggi 18.000 meter ke angkasa, disertai kepulan asap kelabu pekat yang menyelimuti kawasan sekitar.
Berdasarkan pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki, saat erupsi terjadi, langit malam tampak cerah dihiasi awan. Angin bertiup perlahan dari arah barat daya, barat, dan barat laut, sementara suhu udara berkisar antara 21,9 hingga 22 derajat Celsius.
Letusan tersebut tidak hanya menyemburkan abu vulkanik, tetapi juga memicu aliran lava yang mengalir ke dua arah. Lava panas terpantau mengalir sejauh 3.800 meter ke arah barat-barat laut dan 4.340 meter ke arah timur laut dari pusat erupsi. Pemandangan mengerikan juga disuguhkan dengan munculnya kobaran api di puncak kawah Gunung Lewotobi Laki-laki.
Selain itu, aktivitas gunung juga ditandai dengan tiga kali guguran dengan amplitudo antara 14,8 hingga 29,6 milimeter dan durasi 39 hingga 68 detik. Delapan kali embusan juga tercatat, dengan amplitudo 7,4 hingga 44,4 milimeter dan durasi 33 hingga 55 detik. Aktivitas vulkanik dalam juga terekam sebanyak 58 kali dengan berbagai amplitudo dan durasi.
Mengingat kondisi yang semakin mengkhawatirkan, status Gunung Lewotobi Laki-laki kini ditingkatkan menjadi Level IV atau Awas. Masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak mendekati area dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi, serta sektor barat daya hingga timur laut sejauh 7 kilometer.
Warga yang tinggal di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki juga diminta untuk mewaspadai potensi banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung, terutama saat terjadi hujan lebat. Daerah-daerah seperti Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote menjadi wilayah yang sangat rentan.
Bagi masyarakat yang terdampak hujan abu, penggunaan masker atau penutup hidung dan mulut sangat dianjurkan untuk melindungi sistem pernapasan dari bahaya abu vulkanik.
Kepala Desa Pululera mengungkapkan bahwa wilayahnya telah merasakan dampak hujan pasir akibat letusan tersebut. Letusan pertama hanya menyebabkan hujan pasir tipis, namun letusan kedua yang terjadi pada pukul 01.05 WITA membawa hujan pasir yang jauh lebih tebal.