Kosmologi modern dan Al-Qur’an, dua entitas yang tampak berbeda, ternyata memiliki titik temu yang menarik. Artikel ini menyelami konvergensi antara keduanya, khususnya dalam penggunaan bahasa geometris seperti diperluas, dilipat, ditinggikan, dibangun, dan dirobek/terbelah, untuk menggambarkan struktur semesta.
Jejak Geometris dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an
Al-Qur’an, sejak lama, telah mengajak manusia untuk merenungkan penciptaan langit dan bumi. Ayat-ayatnya menggunakan diksi-diksi yang memuat potensi semantik geometris. Misalnya, gambaran langit yang "digulung seperti lembaran kitab" menghadirkan visualisasi yang paralel dengan konsep fabric ruang-waktu dalam relativitas umum.
Relativitas Umum: Ruang-Waktu yang Dinamis
Relativitas umum mengubah pemahaman kita tentang ruang dan waktu. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi latar pasif, melainkan entitas dinamis yang dapat melengkung, melipat, atau meregang. Konsep seperti ekspansi semesta, singularitas kosmologis, dan gelombang gravitasi menjadi kunci dalam memahami geometri alam semesta.
Konvergensi Konseptual
Artikel ini menyoroti korespondensi antara diksi-diksi Al-Qur’an dan konsep-konsep fisika modern:
- Diperluas: Selaras dengan pemahaman tentang ekspansi alam semesta.
- Digulung/Dilipat: Mencerminkan kemungkinan pelipatan ruang-waktu.
- Ditinggikan: Menggambarkan struktur vertikal kosmik.
- Dibangun/Dibina: Menekankan konstruksi sistemik langit.
- Dirobek/Terbelah: Berkaitan dengan singularitas dan dinamika awal semesta.
Alam Semesta sebagai Kitab Terbuka
Al-Qur’an menggambarkan langit sebagai "lembaran kitab" yang digulung. Ini menghadirkan paralel antara kitab sebagai media informasi dan ruang-waktu sebagai medan informasi. Alam semesta bukan hanya objek sains, tetapi juga teks transendental yang dapat dibaca secara paralel.
Implikasi Epistemologis
Dengan memahami alam semesta sebagai kitab multidimensi, kita diajak untuk melihat bahwa Al-Qur’an tidak hanya memuat kebenaran etis atau spiritual, tetapi juga representasi konseptual dari kosmos. Geometri bukan sekadar struktur fisik, tetapi juga ekspresi informasi ilahiah.
Menyatukan Sains dan Spiritualitas
Artikel ini mengusulkan pembacaan ulang narasi-narasi kosmologis dalam Al-Qur’an melalui lensa geometri relativitas umum. Tujuannya bukan untuk memaksakan sains ke dalam teks suci, melainkan untuk membuka horizon baru dalam memahami eksistensi semesta. Ini adalah upaya untuk menyatukan sains dan spiritualitas dalam geometri yang satu.
Kesimpulan
Geometri menjadi penghubung antara wahyu dan relativitas. Dengan membaca alam semesta sebagai kitab bertingkat, kita dapat menggali lebih dalam tentang struktur semesta dan pesan yang terkandung di dalamnya. Kajian ini mengajak kita untuk membangun sains spiritual berbasis wahyu, yang menghargai baik akal maupun iman dalam pencarian kebenaran.