Rusia Siapkan Rudal Hipersonik Oreshnik di Belarusia, Ancaman Bagi Ukraina Meningkat

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan bahwa produksi rudal hipersonik terbaru mereka telah dimulai dan akan segera dikerahkan di Belarusia. Langkah ini diprediksi akan meningkatkan tensi di kawasan, khususnya bagi negara tetangga, Ukraina.

Putin, dalam pertemuannya dengan Presiden Belarusia, Aleksandr Lukashenko, mengungkapkan bahwa lokasi penempatan rudal balistik jarak menengah Oreshnik di Belarusia telah ditentukan. "Persiapan sedang berjalan dan diperkirakan akan selesai sebelum akhir tahun," ujarnya. Ia menambahkan bahwa batch pertama rudal Oreshnik dan sistem pendukungnya telah diproduksi dan memasuki dinas militer.

Oreshnik, yang berarti "pohon kemiri" dalam bahasa Rusia, pertama kali digunakan melawan Ukraina pada November lalu. Rudal eksperimental ini ditembakkan ke sebuah pabrik di Dnipro yang dulu memproduksi rudal pada masa Uni Soviet. Serangan tersebut dilaporkan menyebabkan ledakan besar, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

Media pemerintah Rusia memuji kemampuan Oreshnik setelah serangan di Dnipro, mengklaim rudal ini mampu mencapai pangkalan udara di Polandia dalam 11 menit dan markas NATO di Brussel dalam 17 menit. Putin juga menyoroti bahwa hulu ledak Oreshnik, yang meluncur dengan kecepatan hingga Mach 10, kebal terhadap intersepsi dan sangat kuat, sehingga serangan konvensional dengan beberapa hulu ledak dapat setara dengan serangan nuklir.

Meskipun demikian, beberapa ahli berpendapat bahwa kemampuan sebenarnya dari rudal Oreshnik belum terbukti dan mungkin dibesar-besarkan untuk tujuan propaganda. Sebelumnya, dilaporkan bahwa Oreshnik mengalami kegagalan peluncuran di atas Kazakhstan, memicu penyelidikan oleh otoritas setempat.

Putin memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia dapat menggunakan rudal ini untuk melawan sekutu NATO Ukraina jika Kyiv diizinkan menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh mereka. Kepala pasukan rudal Rusia menyatakan bahwa Oreshnik, yang dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir, memiliki jangkauan yang memungkinkan untuk mencapai seluruh Eropa.

Rudal jarak menengah memiliki jangkauan antara 500 dan 5.500 kilometer. Senjata semacam ini dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang ditinggalkan oleh Washington dan Moskow pada tahun 2019.

Musim gugur lalu, Putin dan Lukashenko menandatangani perjanjian yang memberikan "jaminan keamanan" bagi Belarusia, termasuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir Rusia. Pakta ini menyusul revisi doktrin nuklir Kremlin, yang menempatkan Belarus di bawah payung nuklirnya di tengah ketegangan dengan Barat terkait konflik di Ukraina.

Lukashenko, yang telah lama berkuasa di Belarusia dan bergantung pada dukungan Kremlin, mengizinkan Rusia menggunakan wilayah negaranya untuk mengirim pasukan ke Ukraina pada awal invasi dan untuk menampung sejumlah senjata nuklir taktisnya. Jumlah senjata yang dikerahkan belum diungkapkan, tetapi Lukashenko mengklaim Belarusia memiliki beberapa lusin senjata.

Pengerahan senjata nuklir taktis ke Belarus, yang berbatasan dengan Ukraina sepanjang 1.084 kilometer, akan mempermudah dan mempercepat jangkauan pesawat dan rudal Rusia ke target potensial di Ukraina jika Moskow memutuskan untuk menggunakannya. Langkah ini juga meningkatkan kemampuan Rusia untuk menargetkan beberapa sekutu NATO di Eropa timur dan tengah.

Dokumen nuklir baru yang ditandatangani Putin tahun lalu secara resmi menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir Rusia, yang dapat digunakan "sebagai respons terhadap penggunaan senjata nuklir dan jenis senjata pemusnah massal" terhadap Rusia atau sekutunya, serta "dalam hal agresi" terhadap Rusia dan Belarus dengan senjata konvensional yang mengancam "kedaulatan dan/atau integritas teritorial mereka".

Scroll to Top