Serangan drone yang semakin intensif antara Rusia dan Ukraina menyebabkan korban jiwa dan kerusakan signifikan di kedua negara.
Di Rusia barat, serangan drone Ukraina dilaporkan telah menewaskan tiga orang dan melukai dua lainnya. Seorang wanita tewas dan dua orang terluka akibat serangan yang menargetkan sebuah perusahaan di Penza. Di Samara, seorang pria lanjut usia meninggal dunia di dalam rumah yang terbakar akibat serpihan drone yang jatuh. Sementara itu, di wilayah Rostov, seorang penjaga di sebuah fasilitas industri kehilangan nyawanya setelah serangan drone memicu kebakaran.
Pertahanan udara Rusia mengklaim telah berhasil menghancurkan 112 drone di berbagai wilayah, termasuk 34 drone di atas Rostov, selama periode sembilan jam.
Di sisi lain, wilayah Dnipropetrovsk di Ukraina tengah-timur juga mengalami serangan drone Rusia yang mengakibatkan tiga orang terluka. Beberapa bangunan, rumah, dan mobil dilaporkan rusak akibat serangan tersebut.
Meskipun pasukan Rusia mengklaim kemajuan di Dnipropetrovsk dan perebutan dua desa, otoritas Ukraina membantah keberadaan pasukan Rusia di wilayah tersebut.
Di tengah konflik yang berlarut-larut, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan keinginannya untuk perdamaian, namun tetap pada tuntutannya agar Ukraina melepaskan wilayahnya dan menghentikan ambisinya untuk bergabung dengan NATO.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menekankan bahwa hanya Putin yang dapat mengakhiri perang dan kembali menyerukan pertemuan antara kedua pemimpin untuk mencari solusi damai. Usulan pertemuan ini juga didukung oleh Amerika Serikat, namun membutuhkan kesediaan dari pihak Rusia.