Waspada! Gempa Megathrust Mengintai Indonesia, Tsunami Mengancam Pesisir

Indonesia, yang berada di zona Cincin Api Pasifik, memiliki risiko tinggi terhadap gempa bumi dan tsunami. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti potensi gempa besar dari zona megathrust yang sudah lama tidak aktif.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengingatkan bahwa gempa dari dua zona megathrust, yaitu Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, tinggal menunggu waktu. Kedua zona ini mengalami seismic gap, absennya gempa besar dalam rentang waktu yang sangat lama, bahkan berabad-abad.

Gempa M5,2 yang baru-baru ini mengguncang Nias Barat memiliki kaitan dengan aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di zona Megathrust Mentawai-Siberut. Analisis menunjukkan gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Ancaman Gempa Dahsyat dan Tsunami di Jawa Barat

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan kewaspadaan terhadap dampak megathrust di selatan Jawa Barat hingga Selat Sunda. Energi yang terakumulasi di zona subduksi ini dapat memicu gempa berkekuatan hingga magnitudo 8,7.

Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan bahwa pelepasan energi ini berpotensi menghasilkan tsunami besar. Jika megathrust di Pangandaran pecah, gelombang tsunami setinggi 20 meter dapat terjadi dan menjalar ke Banten, Lampung, bahkan Jakarta.

Pesisir Banten diperkirakan akan terdampak tsunami dengan ketinggian 4 hingga 8 meter. Wilayah Lampung yang menghadap Selat Sunda juga berpotensi terdampak. Di Jakarta, tsunami dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter diperkirakan akan mencapai pesisir utara sekitar 2,5 jam setelah gempa terjadi.

BRIN mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko megathrust yang meliputi gempa, tsunami, kerusakan infrastruktur, gangguan layanan dasar, dampak sosial ekonomi, dan potensi korban jiwa.

Kapan Gempa Megathrust Terjadi?

BMKG belum dapat memprediksi kapan gempa besar ini akan terjadi. Namun, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya mitigasi dan edukasi untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi potensi dampak megathrust.

BMKG telah melakukan langkah-langkah antisipasi, termasuk menempatkan sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap zona megathrust, mengedukasi masyarakat lokal dan internasional, serta bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyiapkan infrastruktur mitigasi seperti jalur evakuasi dan shelter tsunami.

BMKG juga secara rutin mengecek sistem peringatan dini yang telah dihibahkan kepada pemerintah daerah dan menyebarluaskan informasi peringatan dini bencana kepada masyarakat.

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, terdapat 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia, masing-masing dengan potensi gempa yang berbeda:

  1. Mentawai-Pagai (M8,9)
  2. Enggano (M8,4)
  3. Selat Sunda (M8,7)
  4. Jawa Barat-Jawa Tengah (M8,7)
  5. Jawa Timur (M8,7)
  6. Sumba (M8,5)
  7. Aceh-Andaman (M9,2)
  8. Nias-Simeulue (M8,7)
  9. Batu (M7,8)
  10. Mentawai-Siberut (M8,9)
  11. Sulawesi Utara (M8,5)
  12. Filipina (M8,2)
  13. Papua (M8,7)

Kewaspadaan dan persiapan adalah kunci untuk mengurangi risiko dan dampak bencana gempa megathrust dan tsunami di Indonesia.

Scroll to Top