Kisah Kelam Jesus Army: Ambisi Surga Berujung Kekerasan dan Pelecehan

Jesus Army, awalnya dikenal sebagai Jesus Fellowship, muncul dengan cita-cita mulia: mewujudkan surga di Bumi. Komunitas Kristen ini, yang merekrut ribuan pengikut, mendirikan komunitas tertutup di berbagai wilayah Inggris, termasuk Northamptonshire, London, dan Midlands. Namun, dibalik idealisme tersebut, tersembunyi kisah kelam tentang pelecehan seksual dan kekerasan fisik yang dilakukan secara sistematis.

Komunitas ini, yang dianggap sebagai salah satu kelompok aliran paling kejam di Inggris, berevolusi dari nuansa hippie di masa Jesus Fellowship menjadi Jesus Army di akhir 1980-an. Namun, kejayaan mereka runtuh di era 2000-an, mengungkap sisi gelap kehidupan di dalam komunitas.

Dua mantan anggota, dengan berani, berbagi pengalaman traumatis mereka. John Everett, misalnya, bergabung karena merindukan kehidupan berkomunitas dan anti-materialistis. Ia terpikat oleh kebahagiaan yang tampak di wajah para anggota. Namun, kebahagiaan itu datang dengan harga mahal: larangan hiburan, seperti film, televisi, dan musik.

John mulai meragukan komunitas itu, terutama setelah menyaksikan perlakuan kejam terhadap anak-anak, yang dihukum cambuk dengan dalih "koreksi penuh kasih sayang". Pengalaman ini mendorongnya untuk mendokumentasikan segala kejanggalan yang ia saksikan. Setelah keluar, ia dicap sebagai pengkhianat dan dijauhi oleh semua anggota.

Jesus Army dijalankan di bawah kendali Noel Stanton, pendiri gerakan yang digambarkan sebagai seorang fanatik. Ia setiap hari berkhotbah tentang dosa kedagingan dan mengutuk anggota yang dianggap malas. Komunitas ini berkembang menjadi perusahaan besar dengan toko-toko dan bisnis pertanian yang menghasilkan jutaan dolar.

Philippa, mantan anggota lain, merasakan dampak pengaruh Stanton bahkan sebelum pindah ke desa tempat markas komunitas berada. Ia dan keluarganya kemudian tinggal dekat dengan kediaman Stanton. Ia menyaksikan bagaimana remaja dipisahkan dari keluarga mereka, sejalan dengan keyakinan Stanton bahwa keluarga Allah lebih penting daripada keluarga biologis.

Philippa juga mengungkapkan bahwa ia mengetahui adanya pelecehan seksual yang dialami teman sebayanya. Ia merasa terus-menerus disalahkan karena menjadi perempuan, karena dianggap mengalihkan perhatian pria dari Tuhan. Philippa akhirnya bersaksi di pengadilan melawan seorang anggota senior dan laki-laki tersebut dihukum. Setelah ditolak oleh para pemimpin, ia melarikan diri dan mendirikan Asosiasi Penyintas Jesus Army.

Setelah kematian Noel Stanton pada tahun 2009, tuduhan kekerasan seksual terhadap anak-anak semakin mencuat. Jesus Fellowship akhirnya bubar pada tahun 2019 setelah serangkaian kasus pelecehan seksual menjadi sorotan publik.

Laporan internal mengungkap fakta yang mencengangkan: setidaknya satu dari enam anak di Jesus Army mengalami pelecehan seksual. Hingga saat ini, belasan mantan anggota gereja telah dihukum karena kekerasan seksual dan kejahatan lainnya.

Kisah Jesus Army menjadi pengingat pahit tentang bahaya sekte dan pentingnya melindungi kelompok rentan dari eksploitasi dan kekerasan. Dampak traumatis yang dialami para penyintas akan membekas seumur hidup, dan perjuangan mereka untuk pulih terus berlanjut.

Scroll to Top