Kehidupan di era prasejarah memang selalu memikat. Fosil-fosil makhluk purba, terutama dinosaurus, terus memicu rasa ingin tahu. Salah satu yang menarik perhatian adalah Deinocheirus, dinosaurus dengan punuk di punggung.
Deinocheirus hidup sekitar 70 juta tahun lalu, di akhir periode Kapur. Penemuan dan penelitiannya memakan waktu puluhan tahun, hingga akhirnya bukti lengkap terkumpul dan mengungkap berbagai fakta unik. Mari kita telusuri lebih dalam tentang spesies purba ini.
Deinocheirus: Dinosaurus Bungkuk yang Mengagumkan
Deinocheirus adalah bagian dari kelompok theropoda ornithomimosaur, reptil raksasa yang mirip burung namun tidak bisa terbang. Fosil pertamanya ditemukan di Gurun Gobi, Mongolia, pada tahun 1965.
Awalnya, hanya sepasang lengan raksasa sepanjang 2,4 meter dengan cakar tumpul yang ditemukan. Bentuk tubuh utuhnya menjadi misteri selama hampir lima dekade. Hingga akhirnya, dua spesimen baru muncul pada tahun 2006 dan 2009.
Pengungkapan sosok Deinocheirus sempat terhambat karena beberapa bagian fosil dicuri dan dijual di pasar gelap. Namun, pada tahun 2014, bagian-bagian yang hilang berhasil dikembalikan ke Mongolia.
Dengan kembalinya bagian yang hilang, ilmuwan akhirnya dapat menyusun gambaran utuh dari makhluk unik ini. Muncul sosok raksasa aneh yang menyerupai gabungan burung, bebek, dan bison.
Spesies ini adalah ornithomimosaur terbesar yang pernah ditemukan. Panjang tubuhnya mencapai 11-12 meter dengan berat sekitar 6,5 ton. Para paleontolog menyebutnya sebagai salah satu tipe dinosaurus paling aneh yang pernah ada.
Nama ilmiahnya, Deinocheirus mirificus, berarti "tangan mengerikan yang menakjubkan". Lengan raksasanya sangat mencolok, tetapi cakarnya justru tumpul. Ini menunjukkan bahwa alat tubuhnya tidak digunakan untuk berburu seperti theropoda lainnya, melainkan memiliki fungsi lain yang lebih pasif.
Punuk dan Tulang Berongga: Ciri Khas Deinocheirus
Keunikan lain Deinocheirus adalah struktur punggungnya yang tinggi dan bungkuk, mirip punuk pada Spinosaurus. Struktur ini terbentuk dari tulang belakang dan kemungkinan berfungsi untuk mengatur suhu tubuh atau menyimpan lemak selama musim kering.
Meskipun bertubuh besar, tulang-tulang Deinocheirus ternyata berongga, sehingga lebih ringan dari yang terlihat. Rusuk-rusuk yang tinggi dan lurus memberikan tubuh ramping, memungkinkan makhluk ini bergerak leluasa meskipun berukuran raksasa.
Terdapat indikasi kuat bahwa tubuhnya tertutupi bulu-bulu tebal. Peneliti juga menemukan struktur pygostyle di bagian ekornya, struktur tulang yang biasa mendukung kipas bulu pada burung. Bulu ini kemungkinan berperan dalam menjaga suhu tubuh Deinocheirus, mengingat lingkungan Mongolia pada masa itu memiliki fluktuasi suhu ekstrem.
Kepala Besar dan Otak Kecil: Kontras yang Menarik
Dengan tengkorak sepanjang 1 meter, Deinocheirus memiliki kepala besar yang juga aneh. Paruhnya lebar, tidak bergigi, dan mirip bebek. Meskipun tidak menunjukkan kekuatan menggigit yang tinggi, paruh ini memiliki lidah berotot yang kemungkinan membantu mendorong makanan ke tenggorokan.
Lehernya berbentuk kurva S yang melengkung lebih tajam daripada kerabat dekatnya. Namun, di balik tubuhnya yang besar dan kompleks, ukuran otak Deinocheirus relatif kecil.
Hal ini menunjukkan kemampuan kognitif dan koordinasinya terbatas. Kendati demikian, tubuh besar serta lengan panjangnya kemungkinan cukup efektif dalam menangkis predator.
Omnivora dengan Batu Pencerna: Pola Makan yang Unik
Deinocheirus bukanlah pemangsa buas, melainkan omnivora. Analisis isi perut fosil menunjukkan keberadaan sisik ikan dan sisa-sisa tumbuhan air. Paruh lebarnya kemungkinan bekerja untuk menyaring makanan dari air, mirip cara makan bebek saat ini.
Sistem pencernaannya juga sangat khas. Terdapat sekitar 1.400 batu pencerna (gastroliths) dalam perutnya, berukuran 8 hingga 87 milimeter. Batu-batu ini berfungsi membantu menghancurkan makanan, karena Deinocheirus tidak memiliki gigi.
Pola makan tersebut tampaknya sangat bergantung pada musim. Saat musim hujan, ia kemungkinan aktif mencari makanan di perairan dangkal, termasuk menggunakan lengan panjangnya untuk meraih tumbuhan air atau menangkap ikan.
Saat makanan melimpah, tubuhnya menyimpan energi dalam bentuk lemak di punuk, untuk bekal menghadapi musim kering yang keras. Keberadaan fosil Deinocheirus mencerminkan betapa beragam dan kompleksnya kehidupan jutaan tahun lalu.