Krisis Kelaparan di Gaza Memburuk, Korban Jiwa Terus Bertambah

Gaza menghadapi situasi kemanusiaan yang semakin memprihatinkan. Rumah sakit di wilayah tersebut melaporkan peningkatan jumlah kematian akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Dalam 24 jam terakhir, enam orang dewasa dilaporkan meninggal dunia, menambah daftar panjang korban krisis kelaparan menjadi 175 jiwa, termasuk 93 anak-anak.

Kondisi memilukan ini merupakan dampak dari blokade dan agresi yang dialami warga Gaza. Akses terhadap makanan sangat terbatas, dan upaya untuk mendapatkan bantuan seringkali berujung pada kekerasan.

Jumlah bantuan yang masuk ke Gaza masih jauh dari cukup. Pada hari Sabtu, hanya 36 truk bantuan yang berhasil masuk, angka ini jauh di bawah perkiraan PBB yang menyebutkan kebutuhan harian mencapai 500 hingga 600 truk. Lebih lanjut, sebagian besar bantuan tersebut juga dijarah sebelum dapat didistribusikan kepada yang membutuhkan. Pemerintah Gaza menuding tindakan ini sebagai bagian dari strategi Israel untuk menciptakan kekacauan di wilayah tersebut.

Kondisi ini menimbulkan keprihatinan mendalam. "Kelaparan mencengkeram anak-anak Gaza di tengah kebungkaman internasional," demikian pernyataan dari otoritas Gaza, yang mendesak pembukaan segera jalur perlintasan dan peningkatan signifikan bantuan, termasuk susu formula bayi.

Tekanan internasional terhadap Israel untuk mengakhiri konflik yang telah merenggut lebih dari 60.000 nyawa warga Palestina terus meningkat. Namun, belum ada indikasi bahwa Israel akan menghentikan serangan, terutama dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat.

Israel mengklaim serangan ini sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada tahun 2023, yang mengakibatkan kematian ribuan orang di Israel dan penyanderaan ratusan lainnya. Israel menyatakan bahwa sejumlah sandera masih ditahan di Gaza, dengan sebagian di antaranya dilaporkan telah meninggal dunia.

Scroll to Top