GAZA – Sebuah video yang beredar luas, memperlihatkan seorang sandera Israel dalam kondisi memprihatinkan, sedang menggali kuburnya sendiri di sebuah terowongan di Gaza. Kondisi ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Sandera bernama Evyatar David, digambarkan oleh keluarganya sebagai "tinggal tulang". Ironisnya, di tengah situasi ini, lebih dari seratus warga Palestina meregang nyawa akibat kelaparan yang disebabkan oleh blokade Israel. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, mayoritas korban kelaparan adalah anak-anak.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyimpulkan bahwa kelaparan di Gaza adalah "buatan manusia", hasil dari pembatasan ketat Israel terhadap bantuan kemanusiaan. Namun, Israel menolak kesimpulan tersebut.
Dalam video berdurasi singkat, David terlihat di terowongan sempit, mencoret tanggal di kalender, dan menggali kubur. Ia mengaku sudah beberapa hari tidak makan. Ia hanya diberi sekotak kacang untuk dua hari, agar tetap bertahan hidup.
Keluarga David, yang mengizinkan video tersebut dipublikasikan, mengecam tindakan Hamas sebagai "pembuatan kelaparan yang disengaja" dan "salah satu tindakan paling mengerikan yang pernah disaksikan dunia".
PM Netanyahu mengecam Hamas karena sengaja membuat sandera kelaparan dan mendokumentasikannya secara sinis.
Naftali Fürst, seorang penyintas Holocaust, mengaku terbayang kembali masa lalunya saat melihat kondisi para sandera. Ia teringat kelaparan dan perampasan martabat manusia yang dialaminya di kamp konsentrasi.
Anggota parlemen di Amerika Serikat juga mengecam perlakuan Hamas terhadap David, dan menekankan peran kelompok tersebut dalam memperpanjang konflik di Gaza. Mereka mendesak pembebasan sandera dan penghancuran Hamas.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyebut video tersebut "keji" dan "tak tertahankan".
Di tengah tekanan internasional terhadap Israel terkait situasi di Gaza, sejumlah negara mempertimbangkan untuk mengakui Negara Palestina.
Meskipun demikian, pejabat tinggi AS menegaskan bahwa Hamas adalah penghalang perdamaian. Presiden AS Donald Trump menyerukan agar Hamas menyerah dan membebaskan sandera sebagai solusi tercepat untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di Gaza.
Hamas diduga masih menahan sejumlah sandera, baik yang masih hidup maupun telah meninggal dunia. Israel telah berupaya meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk melalui pengiriman udara dan pembukaan rute baru.
Sebelumnya, kelompok perlawanan Palestina juga merilis video yang menunjukkan kondisi sandera Israel lainnya, Rom Braslavski, yang tampak pucat dan lemah.
Keluarga sandera mendesak Presiden Trump untuk mengamankan pembebasan para sandera dengan cara apa pun yang diperlukan.
Sementara itu, utusan khusus AS Steve Witkoff mengakui bahwa situasi perundingan dengan Hamas rumit, namun menyatakan bahwa akhir perang sudah "sangat dekat" dan ada rencana untuk memulangkan semua sandera.
Hamas membantah klaim Witkoff bahwa mereka siap meletakkan senjata, dan menegaskan akan terus berjuang sampai pendudukan Israel berakhir dan Negara Palestina yang berdaulat penuh berdiri.