Jakarta – Misteri di balik insiden anjloknya Kereta Api (KA) Argo Bromo Anggrek masih menjadi sorotan utama. Sebagai respons, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana membentuk tim audit independen. Langkah ini diambil untuk melakukan evaluasi menyeluruh, dengan tujuan utama mengungkap akar permasalahan yang menyebabkan kejadian tersebut.
KA Argo Bromo Anggrek mengalami insiden anjlok di area Stasiun Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada hari Jumat, 1 Agustus. Untungnya, penanganan cepat telah dilakukan dan jalur tersebut kini sudah kembali beroperasi normal.
Menurut Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, penanganan pasca-insiden tidak hanya terfokus pada perbaikan teknis semata. Kemenhub berkomitmen untuk melakukan evaluasi secara mendalam dan memperketat pengawasan selama proses pemulihan.
Dudy menekankan pentingnya memastikan operasional kereta api, khususnya di jalur yang terdampak, dapat kembali berjalan optimal, aman, dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, pemulihan fisik saja dianggap tidak cukup.
"Pemulihan fisik hanyalah langkah awal. Pemerintah akan memperkuat sistem deteksi dini dan meningkatkan standar pemeliharaan prasarana perkeretaapian," tegas Dudy.
Sejak awal kejadian, langkah-langkah cepat dan terukur langsung diimplementasikan. Koordinasi intensif antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dilakukan untuk memastikan keselamatan penumpang dan personel menjadi prioritas utama.
"Atas nama pemerintah, saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh tim di lapangan yang telah bekerja tanpa henti selama lebih dari 16 jam," ungkapnya.
Insiden ini menjadi pengingat penting tentang perlunya peningkatan sistem perkeretaapian nasional secara proaktif dan berkelanjutan. Dudy menekankan bahwa keselamatan harus menjadi budaya dalam setiap aspek penyelenggaraan transportasi.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono menjelaskan bahwa insiden tersebut mengakibatkan kerusakan pada kedua jalur (hulu dan hilir) serta sekitar 4 kilometer prasarana, termasuk titik sinyal blok hingga area wesel.
Evakuasi sarana dilakukan secara bertahap, dimulai sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi, dengan melibatkan kereta penolong, unit crane, dan tim teknis gabungan.
"Hingga Sabtu, 2 Agustus pukul 07.09 WIB, seluruh proses evakuasi sarana telah berhasil diselesaikan. Proses pengangkatan sarana dilakukan secara bertahap, dengan koordinasi intensif untuk menjamin keselamatan personel dan kelancaran operasi," jelas Allan.
Begitu proses evakuasi dimulai, tim teknis langsung melakukan pemulihan jalur, termasuk pelurusan rel, penggantian stang penggerak, detektor, serta bantalan rel yang mengalami kerusakan.
Saat ini, jalur yang terdampak telah berhasil dibuka kembali dan dapat dilalui kereta api, meskipun dengan pembatasan kecepatan sebagai langkah pengamanan.
"Kereta api sudah bisa melintas di jalur yang terdampak. Namun, demi menjamin keselamatan, diberlakukan pembatasan kecepatan secara bertahap," pungkas Allan.