Dari teleskop sederhana buatan Hans Lippershey di tahun 1608 hingga teleskop luar angkasa paling canggih saat ini, perjalanan manusia menjelajahi alam semesta adalah sebuah saga luar biasa tentang inovasi teknologi dan pencarian jati diri.
Kini, James Webb Space Telescope (JWST) memegang gelar sebagai teleskop tercanggih yang pernah diciptakan. Kemampuannya untuk menembus tabir waktu dan melihat ke masa lampau alam semesta sungguh menakjubkan.
Teleskop pertama Lippershey hanya mampu memperbesar objek tiga kali lipat. Namun, penemuan ini menjadi titik awal revolusi astronomi. Sejak saat itu, beragam teleskop dirancang untuk menangkap cahaya dari benda-benda langit yang sangat jauh, mulai dari bintang, galaksi, lubang hitam, hingga fenomena eksotis seperti cincin Einstein.
Keunikan teleskop terletak pada "penglihatan" mereka yang berbeda. Teleskop modern seperti JWST unggul dalam menangkap cahaya inframerah, gelombang elektromagnetik tak kasatmata yang mampu menembus awan debu kosmik. Kemampuan ini menjadikannya ideal untuk mengamati struktur terdalam dan tertua alam semesta.
James Webb: Sang Raja Teleskop Luar Angkasa
Diluncurkan pada Desember 2021, JWST dirancang khusus untuk mendeteksi cahaya inframerah dan near-infrared. Pendahulunya, Hubble Space Telescope, lebih berfokus pada spektrum cahaya tampak dan ultraviolet. Banyak objek langit terlalu redup atau terlalu jauh untuk dilihat dalam spektrum tampak, namun lebih mudah ditangkap dalam bentuk gelombang inframerah.
"James Webb mampu melihat hingga 98% ke masa lalu sejak Big Bang," ungkap seorang profesor astrofisika. Kemampuan ini melampaui ekspektasi para ilmuwan yang terlibat dalam perancangan teleskop ini.
Rahasia Kekuatan Penglihatan JWST: Cermin Raksasa dan Lokasi Strategis
Kekuatan JWST terletak pada ukuran cermin utamanya yang mencapai 6,5 meter, lebih dari tiga kali lipat ukuran cermin Hubble. Cermin besar ini memiliki luas area penangkapan cahaya sekitar 25 meter persegi, jauh lebih besar dibandingkan Hubble yang hanya 4,5 meter persegi.
Selain itu, JWST ditempatkan di lokasi strategis di luar angkasa, sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi, di titik Lagrange 2 (L2). Titik gravitasi stabil ini memungkinkan teleskop tetap mengorbit dengan tenang tanpa banyak gangguan, terbebas dari polusi cahaya dan turbulensi atmosfer.
Menjelajahi Masa Lalu: Apa Artinya?
Saat kita memandang langit malam, kita sebenarnya sedang melihat masa lalu. Cahaya membutuhkan waktu untuk mencapai Bumi. Misalnya, cahaya dari Matahari memerlukan waktu 8 menit, sementara cahaya dari tepi alam semesta bisa membutuhkan waktu miliaran tahun.
Astronom menggunakan konsep redshift, fenomena pergeseran cahaya dari objek yang sangat jauh ke panjang gelombang merah, untuk mengukur jarak dan usia objek tersebut.
Galaksi Tertua yang Pernah Dilihat
Salah satu galaksi terjauh yang pernah dideteksi JWST adalah JADES-GS-z14-0, yang diperkirakan terbentuk sekitar 290 juta tahun setelah Big Bang. Ada juga kandidat lain bernama MoM-z14 yang diyakini berusia 280 juta tahun setelah Big Bang, dengan nilai redshift yang lebih tinggi.
JWST bahkan telah mengamati galaksi-galaksi besar yang terlalu tua menurut model alam semesta saat ini, memunculkan pertanyaan baru tentang evolusi galaksi pada era awal semesta.
Hubble "hanya" mampu melihat hingga 13,4 miliar tahun ke belakang. Sementara JWST telah mendorong batas itu hingga ke 13,7 miliar tahun lalu.
Meskipun JWST saat ini menjadi primadona, pesaing mulai bermunculan. Tiongkok sedang mengembangkan China Space Station Telescope, yang akan memiliki kemampuan menangkap frekuensi cahaya lebih beragam dari JWST.
James Webb Space Telescope bukan sekadar teleskop, melainkan sebuah mesin waktu yang membuka jendela ke masa awal semesta. Kemampuannya melihat ke masa hampir 14 miliar tahun lalu bukan hanya pencapaian teknologi, tapi juga tonggak sejarah dalam upaya manusia memahami asal-usul kosmik kita.