Jakarta – Penyakit jantung, yang dulunya dianggap sebagai masalah kesehatan para lansia, kini semakin banyak menyerang generasi muda. Data yang ada menunjukkan peningkatan kasus penyakit jantung yang signifikan di kalangan usia produktif.
Data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2024 menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan. Lebih dari 651.000 jiwa meninggal setiap tahunnya akibat penyakit kardiovaskular. Stroke menjadi penyebab utama dengan 331.349 kasus, disusul penyakit jantung koroner sebanyak 245.343 kasus, dan hipertensi dengan komplikasi jantung sejumlah 50.620 kasus. Angka-angka ini menegaskan bahwa penyakit jantung telah menjadi krisis kesehatan publik yang mendesak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat bahwa lebih dari 17 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Fakta ini menjadikan penyakit jantung sebagai penyebab kematian nomor satu secara global.
Seringkali, gejala awal penyakit jantung terabaikan karena dianggap sebagai kelelahan biasa. Padahal, tanda-tanda peringatan dini bisa sangat halus. Penurunan kemampuan fisik yang signifikan, seperti mudah terengah-engah saat beraktivitas ringan, bisa menjadi indikasi awal adanya masalah jantung. Aktivitas sehari-hari yang dulunya mudah dilakukan, seperti berlari atau berhubungan seksual, bisa terasa berat dan menyebabkan ketidaknyamanan.
Gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain nyeri dada, kelelahan berlebihan, pusing, dan sesak napas. Jika diabaikan, kondisi ini dapat berkembang menjadi serangan jantung mendadak yang berakibat fatal.
Gaya hidup tidak sehat menjadi faktor utama pemicu peningkatan kasus penyakit jantung di usia muda. Kadar kolesterol tinggi, pola makan yang buruk, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok dan penggunaan vape, merupakan faktor risiko utama. Bahkan, kadar kolesterol tinggi kini mulai ditemukan pada usia 20 hingga 30 tahun, yang merupakan pemicu utama penyempitan pembuluh darah yang berujung pada penyakit jantung koroner.
Deteksi dini menjadi kunci penting dalam menghadapi ancaman penyakit jantung. Pemeriksaan kolesterol, pengukuran tekanan darah, dan evaluasi gaya hidup secara berkala perlu dilakukan sejak usia muda. Olahraga, menjaga pola makan, dan konsumsi obat-obatan untuk mengontrol kadar kolesterol adalah langkah-langkah penting dalam pencegahan.
Pentingnya pencegahan penyakit jantung menjadi fokus utama dalam konferensi ilmiah tahunan CARES 2025 (Cardiac & Vascular Excellence Scientific Update) yang diselenggarakan oleh Heartology Cardiovascular Hospital. Acara ini menjadi wadah bagi para dokter spesialis jantung, bedah toraks, dan dokter umum untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman melalui simposium dan workshop interaktif.
CARES 2025 bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik klinis dalam penanganan penyakit jantung. Dengan menghadirkan kasus-kasus riil dari lapangan, acara ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berdiskusi dan mencari solusi terbaik dalam meningkatkan mutu penanganan kardiovaskular di Indonesia. Lebih dari 300 peserta simposium dan 165 peserta workshop hadir, menunjukkan komitmen bersama untuk memerangi penyakit jantung.