Indonesia Menolak Permintaan Beras Malaysia di Tengah Krisis Global

Indonesia saat ini tengah berfokus pada pencapaian swasembada pangan, terutama beras, di tengah gelombang krisis yang melanda negara tetangga seperti Malaysia dan Jepang. Permintaan mendadak dari Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia ditolak tegas oleh Menteri Pertanian, yang lebih memilih untuk mengamankan stok dalam negeri.

Malaysia mengakui keunggulan teknologi pertanian yang dimiliki Indonesia dan berniat untuk melakukan impor beras. Sementara itu, Jepang bahkan telah mengimpor beras dari Korea Selatan sejak Maret 2025 untuk mengatasi lonjakan harga beras domestik yang meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun lalu.

Analis kebijakan pangan menilai bahwa keputusan pemerintah Indonesia untuk menolak permintaan Malaysia sudah tepat. Meskipun stok beras tahun ini terbilang aman, namun belum cukup kuat untuk mendukung ekspor. Prioritas utama adalah memperkuat cadangan beras dalam negeri terlebih dahulu.

Saat ini, Indonesia sedang memasuki masa panen raya di beberapa daerah, yang diperkirakan akan berlangsung hingga Juni 2025. Peredaran gabah di pasar dan penyerapan oleh Bulog dianggap relatif aman dan sesuai target. Kondisi ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan cadangan beras pemerintah hingga musim panen berikutnya.

Dengan catatan pemerintah konsisten dalam penyaluran pupuk dan tidak ada perubahan iklim ekstrem, Indonesia diprediksi tidak perlu melakukan impor beras lagi pada tahun 2025. Kunci keberhasilan ini terletak pada upaya mempertahankan produktivitas panen dan mengulangi pencapaian tersebut di tahun 2026. Jika berhasil, Indonesia akan pulih dari defisit yang terjadi pada tahun 2023-2024.

Pemerintah perlu menjaga konsistensi dalam menyediakan sarana dan prasarana produksi padi, serta melakukan pencegahan dini terhadap hama tikus dan penggerek batang. Langkah jangka pendek yang perlu dilakukan adalah mempertahankan produksi gabah di tahun ini dan tahun depan, sejalan dengan upaya mencapai swasembada pangan.

Untuk jangka panjang, produktivitas hasil panen harus dipulihkan seperti semula, mencapai rata-rata 7-8 ton per hektare. Selain itu, perlu ditingkatkan rendemen konversi dari gabah kering giling (GKG) ke beras untuk mengurangi kehilangan beras.

Meskipun Indonesia memiliki stok beras yang melimpah, hal ini sebagian besar didukung oleh impor beras yang signifikan pada tahun 2024, mencapai 4,52 juta ton. Kombinasi antara impor yang tinggi dan masa panen raya yang dimulai pada Januari 2025 dinilai banyak pihak sebagai faktor yang membuat Indonesia memiliki cadangan beras yang memadai.

Namun, kondisi stok pangan Indonesia saat ini belum sepenuhnya aman dan belum memungkinkan untuk melakukan ekspor beras. Faktanya, Indonesia masih mengimpor beras, meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan Indonesia masih perlu ditingkatkan.