Kabinet Israel Akan Bahas Kelanjutan Perang Gaza di Tengah Tekanan Internasional

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan rencana rapat kabinet yang akan membahas langkah selanjutnya dalam konflik di Gaza. Pertemuan penting ini dijadwalkan berlangsung pekan ini.

Netanyahu menegaskan tiga tujuan utama Israel dalam perang ini tetap tidak berubah: menghancurkan kekuatan musuh, membebaskan sandera yang ditawan, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi sumber ancaman bagi keamanan Israel.

Pengumuman ini muncul di tengah meningkatnya tekanan dari berbagai pihak, termasuk dari dalam negeri Israel sendiri. Sekitar 550 mantan pejabat keamanan Israel telah mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mendesak agar menekan Netanyahu untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza.

Dalam surat tersebut, para mantan pejabat keamanan berpendapat bahwa Hamas tidak lagi merupakan ancaman strategis yang signifikan bagi Israel. Mereka meminta Trump untuk menggunakan pengaruhnya guna mendorong Netanyahu menuju gencatan senjata.

Ami Ayalon, mantan direktur dinas keamanan Shin Bet, menyatakan bahwa meskipun perang ini awalnya dianggap sebagai tindakan yang adil dan defensif, namun setelah tujuan militer tercapai, perang ini kehilangan justifikasinya. Ia menambahkan bahwa perang yang berkepanjangan ini telah merugikan keamanan dan identitas Israel.

Surat terbuka tersebut menyoroti bahwa militer Israel telah berhasil membubarkan formasi militer dan pemerintahan Hamas. Namun, pembebasan sandera hanya dapat dicapai melalui kesepakatan. Para mantan pejabat menyarankan agar pengejaran terhadap para pemimpin Hamas yang tersisa dapat dilakukan di kemudian hari.

Mereka meyakini bahwa Trump memiliki kredibilitas di mata rakyat Israel dan dapat menggunakan pengaruhnya untuk menekan Netanyahu agar mengakhiri perang dan memprioritaskan pembebasan sandera.

Selain itu, para mantan pejabat keamanan menyarankan agar setelah gencatan senjata tercapai, Trump dapat memfasilitasi pembentukan koalisi regional untuk mendukung Otoritas Palestina yang telah direformasi dalam mengambil alih kendali Jalur Gaza sebagai alternatif dari kekuasaan Hamas.

Surat terbuka ini ditandatangani oleh sejumlah tokoh penting, termasuk mantan kepala Mossad seperti Tamir Pardo, Efraim Halevy, dan Danny Yatom, serta mantan direktur Shin Bet seperti Ayalon, Nadav Argaman, Yoram Cohen, Yaakov Peri, dan Carmi Gilon. Mantan kepala staf militer Israel, termasuk Ehud Barak, Moshe Yaalon, dan Dan Halutz, juga turut menandatangani surat tersebut.

Scroll to Top