Kisah May, seorang perempuan muda yang didiagnosis depresi berat dan harus dirawat di rumah sakit jiwa pada usia 18 tahun, menjadi bukti bahwa masalah kesehatan mental di kalangan anak muda semakin nyata. May tak pernah menyangka keluhan yang selama ini dipendamnya ternyata mengarah pada kondisi depresi yang serius.
May, yang berasal dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), menekankan pentingnya kesadaran diri terhadap gejala depresi sejak dini. Pengalamannya menunjukkan bahwa menunda penanganan hanya akan memperburuk keadaan. May bahkan sempat beberapa kali melakukan tindakan menyakiti diri sendiri.
"Aku sering merasa takut dan cemas berlebihan, selalu berpikir negatif," ungkapnya, menggambarkan kondisi yang dialaminya.
Selain itu, May juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan, kurang komunikatif, gangguan tidur, dan tindakan menyakiti diri sendiri yang berulang. Gejala-gejala ini dirasakannya selama berbulan-bulan, sampai akhirnya May menyadari perlunya perubahan untuk mencegah kondisinya semakin parah.
Titik balik dalam hidup May adalah saat pertama kali berkonsultasi dengan psikiater. Setelah menjalani tes MCMI, ia didiagnosis depresi berat dan dirawat selama tiga hari.
Kini, May merasa jauh lebih baik berkat perawatan medis dan obat-obatan yang diberikan. Ia juga mendapatkan saran untuk menyibukkan diri dengan membaca buku tentang stoicism, aliran filsafat yang menekankan ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan hidup.
"Alhamdulillah, pikiran jadi lebih terbuka," ujarnya. Ia pun masih rutin melakukan kontrol untuk menjaga kondisinya.
May berpesan kepada anak muda lain yang mungkin mengalami hal serupa untuk tidak meremehkan kecemasan dan rasa takut yang bisa menumpuk. Ia juga mengingatkan pentingnya memiliki lingkungan yang positif untuk mendukung kesehatan mental.