Kisah Inspiratif: Perempuan Muda Sumbawa Lawan Depresi Berat di RSJ

Kisah inspiratif datang dari seorang perempuan muda asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang berani berbagi pengalamannya berjuang melawan depresi berat. Di usia yang relatif muda, ia tak menyangka harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

"Hari pertama jujur ke psikiater, langsung masuk RSJ," ungkap Maulida, yang akrab disapa May, dalam unggahan yang viral di media sosial.

Sebelum memutuskan mencari pertolongan, May mengaku sering menyakiti diri sendiri hampir setiap malam. Dengan bermodalkan rujukan dari puskesmas dan konsultasi di poli jiwa, May akhirnya dirawat di RSJ setempat.

May berpesan, "Jangan memendam masalah sendirian karena akan menumpuk ketakutan dan kecemasan. Jangan takut untuk menjauh dari lingkungan yang tidak sehat."

Sebelumnya, May merasa sangat kesepian dan tidak punya tempat untuk berbagi. Ia pun kesulitan menceritakan apa yang dirasakannya kepada keluarga dan teman terdekat.

Keluarga May memberikan dukungan penuh saat mengetahui diagnosis depresi berat dan saran untuk segera dirawat. Mereka berharap May yang baru berusia 18 tahun bisa segera pulih.

"Keluarga sangat mendukung karena dari kecil aku sulit mengungkapkan perasaan. Karena tidak tahan memendam semua masalah, akhirnya aku cerita ke orang tua dan mereka menyarankan untuk pergi ke psikiater," cerita May.

Gejala yang Dialami

"Aku selalu merasa sendirian, tidak punya siapa-siapa, merasa cemas dan takut berlebihan, sulit tidur, sering ‘ketindihan’, sering melukai diri sendiri, dan sulit mengungkapkan sesuatu," jelasnya.

Akhirnya, May menghubungi poli jiwa di RSJ. Psikiater menyarankan rawat inap selama tiga hari. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Hari-hari di Rumah Sakit Jiwa

Selama perawatan, May diobservasi dan menjalani pemeriksaan psikologis. Jam tidurnya diatur dan diberikan obat penenang untuk membantu tidur.

Perjalanan pengobatan May masih panjang. Ia harus terus memantau gejala dalam beberapa minggu hingga bulan mendatang.

Setelah keluar dari RSJ, May tetap dibekali obat untuk mengatasi depresinya.

"Alhamdulillah sekarang sudah membaik, tetapi harus terus dikontrol," pungkasnya.

May berpesan kepada siapapun yang mengalami gejala serupa untuk tidak takut mencari bantuan dari psikolog atau psikiater agar kondisi tidak semakin memburuk.

Scroll to Top