Dmitry Medvedev: Dari Presiden Rusia Hingga Kontroversi Provokator Perang Dunia III

Dulu dikenal sebagai wajah modern Rusia yang berdampingan dengan Barack Obama, Dmitry Medvedev kini menjelma menjadi sosok kontroversial. Pernyataannya yang dulu menekankan pentingnya kerjasama AS-Rusia demi solusi global, kini berganti dengan retorika pedas yang mengarah pada konfrontasi.

Evolusi dari Reformis Menjadi Nasionalis Garis Keras

Meskipun menduduki posisi penting sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, Medvedev tidak memiliki kekuatan eksekutif penuh. Namun, komentar-komentarnya kerap menjadi sorotan, bahkan mengarah pada eskalasi tensi antara Rusia dan Amerika Serikat.

Salah satu contohnya adalah ketika Medvedev menyindir Donald Trump melalui Telegram, mengingatkan akan kemampuan nuklir Rusia dan menghubungkannya dengan serial apokaliptik "The Walking Dead". Hal ini terjadi setelah Trump mengancam sanksi baru jika Putin tidak mengakhiri perang di Ukraina.

Transformasi Medvedev dari seorang pengacara muda yang bersemangat memodernisasi Rusia menjadi seorang nasionalis garis keras patut diperhatikan. Setelah lengser dari kursi presiden pada tahun 2012, ia semakin gencar melontarkan komentar-komentar pedas di media sosial yang ditujukan kepada musuh-musuh Rusia.

Tuduhan Korupsi dan Peran Sebagai Juru Bicara Kremlin

Sebagai presiden, Medvedev pernah mengkritik keras korupsi. Namun, saat menjabat sebagai perdana menteri, ia justru dituduh mengumpulkan "kekaisaran korupsi" oleh tokoh oposisi Alexei Navalny. Tuduhan ini memicu protes jalanan dan memperburuk citranya.

Meskipun mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2020, Medvedev tetap memegang peran penting di Dewan Keamanan. Dari posisinya ini, ia melancarkan serangan-serangan xenofobia dan ofensif terhadap Ukraina dan para pemimpin Barat.

Retorika Anti-Barat dan Ancaman Nuklir

Medvedev tidak segan menggunakan retorika anti-Barat yang keras. Ia pernah menyebut kepemimpinan Kyiv sebagai "kecoak yang berkembang biak dalam toples" dan menggambarkan pemimpin Barat dengan karikatur ofensif.

Yang lebih mengkhawatirkan, ia kerap membangkitkan momok perang nuklir. Pada tahun 2022, ia menyatakan bahwa "gagasan untuk menghukum negara yang memiliki salah satu kemampuan nuklir terbesar adalah absurd dan berpotensi menimbulkan ancaman bagi keberadaan umat manusia."

Provokator yang Terkalkulasi?

Analis berpendapat bahwa retorika kontroversial Medvedev bukanlah tanpa tujuan. Ia diduga digunakan untuk "memperkuat retorika provokatif yang dirancang untuk memicu kepanikan dan ketakutan di antara para pembuat keputusan Barat," sebagai bagian dari strategi informasi Kremlin yang terpadu.

Meskipun kata-katanya seringkali bombastis, penting untuk memahami bahwa Medvedev memainkan peran yang diperhitungkan dalam pesan Kremlin. Transformasinya dari seorang presiden yang menjanjikan kerjasama internasional menjadi provokator ulung menunjukkan dinamika politik yang kompleks di Rusia modern.

Scroll to Top