Konflik Internal Israel: Perbedaan Pendapat Sengit Soal Gaza Mencuat

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menghadapi pertentangan tajam dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Eyal Zamir terkait strategi penaklukan total Jalur Gaza. Perselisihan ini terungkap dalam rapat penting yang membahas masa depan operasi militer di wilayah Palestina tersebut.

Zamir secara tegas menentang rencana Netanyahu untuk melancarkan operasi militer berskala penuh di Gaza. Menurutnya, langkah ini berpotensi menjadi "jebakan" yang merugikan. Penolakan ini memicu kemarahan Netanyahu.

Zamir bahkan menyatakan kesiapannya untuk mengundurkan diri jika negosiasi gencatan senjata dengan Hamas tidak membuahkan hasil. Usulannya adalah memperluas pertempuran secara bertahap agar operasi dapat dihentikan jika gencatan senjata berhasil dinegosiasikan.

Tidak hanya dari kalangan militer, penolakan terhadap pendudukan Gaza juga datang dari kubu oposisi. Pemimpin oposisi, Yair Lapid, berpendapat bahwa rencana Netanyahu justru dapat membahayakan nyawa para sandera akibat kelaparan dan kondisi yang semakin buruk.

Lapid juga menyoroti dampak ekonomi yang signifikan. Ia memperingatkan bahwa menduduki dan mencaplok Gaza akan membebani anggaran negara untuk membiayai kebutuhan dua juta warga Gaza, termasuk listrik dan operasional sekolah. Implikasinya, bantuan dari negara-negara Arab seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, serta dukungan dari Eropa, akan terhenti.

Netanyahu menggelar rapat untuk membahas operasi militer besar-besaran di Gaza, dengan alasan untuk melindungi keselamatan para sandera yang diyakini ditawan di wilayah tersebut. Pendukung rencana ini mengklaim bahwa langkah tersebut diperlukan untuk memastikan keselamatan para sandera.

Salah satu sumber mengungkapkan bahwa keputusan untuk melakukan penaklukan penuh telah bulat. Sumber tersebut menyatakan bahwa jika Kepala Staf tidak setuju, ia sebaiknya mengundurkan diri.

Saat ini, diperkirakan masih ada sekitar 50 sandera di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya masih hidup.

Rencana Netanyahu muncul di tengah kebuntuan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas. Kelompok perlawanan ini menegaskan bahwa pembahasan kesepakatan hanya akan dilanjutkan jika situasi keamanan yang mengerikan di Gaza segera diatasi.

Sejak agresi Israel ke Palestina, pengawasan ketat terhadap truk bantuan kemanusiaan telah menyebabkan kelaparan dan malnutrisi di kalangan warga Gaza. Dalam beberapa pekan terakhir, ratusan orang telah meninggal dunia akibat kelaparan atau malnutrisi. Selama agresi, lebih dari 60.000 warga Palestina dilaporkan tewas.

Scroll to Top