Ironi Keuangan Manchester United: Hemat di Satu Sisi, Boros di Sisi Lain

Manchester United, di bawah kepemilikan sebagian Sir Jim Ratcliffe, tengah menjadi sorotan terkait kebijakan finansial mereka yang kontradiktif. Padahal, klub ini mencatatkan net spend tertinggi ketiga di Liga Primer.

Ratcliffe, sebelumnya menyatakan komitmennya untuk menjalankan organisasi yang efisien, dengan filosofi "jaga recehan, maka poundsterling akan menjaga dirinya sendiri". Ini mengisyaratkan pemangkasan biaya besar-besaran di klub.

Namun, aktivitas transfer United selama musim panas justru bertolak belakang dengan prinsip hemat tersebut. Mereka telah mendatangkan Matheus Cunha dengan harga £62,5 juta dan Bryan Mbeumo dengan biaya awal £65 juta yang berpotensi naik menjadi £71 juta. Target selanjutnya adalah Benjamin Sesko, yang diperkirakan akan menelan biaya setidaknya £69 juta, jika mereka memenangkan persaingan dengan Newcastle. Jika berhasil, total net spend mereka untuk tiga penyerang akan mencapai £205 juta.

Kapten tim, Bruno Fernandes, bahkan menyerukan lebih banyak pemain baru untuk meningkatkan persaingan internal tim. Ia menggambarkan performa tim sebagai "malas" dan menganggap persaingan yang lebih ketat diperlukan. Mengingat performa United yang kurang memuaskan musim lalu, tuntutan Fernandes dapat dipahami.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana Ratcliffe dapat membenarkan penghematan di satu sisi, sementara di sisi lain justru menggelontorkan dana besar untuk transfer pemain? Kontradiksi inilah yang memunculkan tanda tanya besar terkait strategi keuangan Manchester United saat ini.

Scroll to Top