Emas, simbol kemewahan dan investasi abadi, selalu menarik perhatian. Kabar mengejutkan muncul: mungkinkah emas diproduksi di laboratorium? Jawabannya ya, tetapi dengan harga yang fantastis.
Sebagian besar emas di Bumi berasal dari luar angkasa, tercipta dari ledakan supernova atau tumbukan bintang neutron. Proses dahsyat ini menggabungkan unsur ringan menjadi logam berat seperti emas, yang kemudian tersebar di kosmos dan terperangkap di planet kita.
Kini, ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan kita meniru proses tersebut di laboratorium. Namun, tantangannya terletak pada energi yang dibutuhkan. Memproduksi emas sintetis membutuhkan energi yang sangat besar dan tidak efisien.
Setiap atom emas memiliki 79 proton dalam intinya. Secara teori, kita dapat mengubah unsur lain menjadi emas dengan menambahkan atau menghilangkan proton. Misalnya, menghilangkan satu proton dari emas akan menghasilkan platinum, sementara menambahkan satu proton akan menghasilkan merkuri.
Namun, emas adalah unsur yang sangat stabil dan tidak reaktif. Untuk mengubahnya, diperlukan reaksi nuklir. Eksperimen pada tahun 1941 menunjukkan bahwa merkuri yang ditembak dengan neutron dapat melepaskan proton dan menghasilkan emas. Demikian pula, platinum dapat memperoleh proton dalam reaksi nuklir untuk menghasilkan emas radioaktif.
Alternatifnya, akselerator partikel seperti Large Hadron Collider CERN dapat digunakan untuk menciptakan emas dengan menabrakkan inti timbal. Tumbukan berenergi tinggi ini menghasilkan plasma quark-gluon, wujud materi yang sangat panas dan padat. Inti timbal yang bertabrakan menghasilkan riak elektromagnetik yang merobek tiga proton, menciptakan emas.
Sayangnya, kedua metode ini sangat menuntut energi dan hanya menghasilkan emas dalam jumlah kecil. Biaya produksi emas sintetis bisa mencapai jutaan dolar untuk emas yang hanya bernilai beberapa dolar.
Glenn Seaborg, seorang ahli kimia peraih Nobel, pernah mengubah bismut menjadi emas menggunakan akselerator partikel. Namun, ia memperkirakan biayanya akan lebih dari satu kuadriliun dolar per ons.
Kesimpulannya, membuat emas di laboratorium secara teknis mungkin, tetapi biaya dan energi yang dibutuhkan sangat besar. Memproduksi emas sintetis saat ini bisa dibilang sangat merugikan.