Waspada! Kasus Tuberkulosis di Manokwari Meningkat, Terutama yang Resisten Obat

Kabupaten Manokwari tengah menghadapi tantangan serius dalam penanganan penyakit tuberkulosis (TBC). Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap kasus TBC resisten obat (DR-TB) yang menunjukkan tren kenaikan.

Plt Kepala Dinkes Manokwari, Marthen Rantetampang, mengungkapkan bahwa meskipun upaya pelacakan kasus berjalan baik, angka kasus TBC di Manokwari masih tergolong tinggi secara nasional. Ia menyoroti kekhawatiran khusus terhadap kasus TBC yang kebal terhadap obat. Bahkan, ada pasien yang belum pernah diobati namun sudah resisten terhadap obat TBC.

"Kondisi ini sangat berbahaya," tegas Marthen. Ia menjelaskan bahwa pengobatan yang tidak tuntas dapat memicu virus TBC berkembang menjadi resisten, sehingga pengobatan menjadi lebih rumit dan memakan waktu.

Untuk mengatasi masalah ini, Dinkes Manokwari memanfaatkan aplikasi khusus untuk memantau pasien TBC. Sistem ini memungkinkan petugas kesehatan melacak data pasien meskipun mereka berpindah fasilitas kesehatan. Dengan demikian, pengobatan dapat dilanjutkan dan diawasi secara berkelanjutan.

Marthen menekankan pentingnya bagi pasien TBC untuk menjalani pengobatan secara tuntas, meskipun membutuhkan waktu yang lama. Jika tidak, pengobatan harus diulang dari awal dengan metode yang lebih kompleks dan mahal.

"Kesadaran pasien sangat dibutuhkan. TBC bisa disembuhkan dengan disiplin tinggi," ujarnya. Pengobatan yang tidak tuntas juga meningkatkan risiko penularan penyakit.

Dinkes Manokwari berkomitmen untuk terus meningkatkan edukasi kepada masyarakat dan memberikan pendampingan kepada pasien. Tujuannya adalah untuk memastikan penanganan TBC berjalan efektif dan mencegah penyebaran penyakit lebih luas di wilayah Manokwari.

Scroll to Top