Pemerintah Indonesia membuat gebrakan dengan membeli 48 unit pesawat tempur KAAN dari Turki senilai lebih dari Rp 160 triliun. Kesepakatan ini menimbulkan pertanyaan karena dilakukan saat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit dan pemerintah tengah berupaya melakukan efisiensi anggaran. Ekonom mempertanyakan sumber dana untuk pembelian alutsista ini.
Bhima Yudhistira dari Celios menyoroti bahwa sekitar 25% penerimaan pajak dialokasikan untuk membayar bunga utang negara. Kementerian Keuangan memperkirakan defisit APBN 2025 mencapai sekitar Rp 662 triliun. Bhima mempertanyakan bagaimana pembelian pesawat tempur ini akan dibiayai tanpa menambah beban utang negara. Ia juga khawatir pembelian ini akan mengurangi anggaran untuk sektor prioritas seperti pendidikan dan kesehatan. Nilai pembelian pesawat KAAN bahkan melebihi dana abadi pendidikan LPDP.
Pembelian ini bukan kali pertama di bawah kepemimpinan Prabowo. Sebelumnya, saat menjabat Menteri Pertahanan, Prabowo memesan 42 jet tempur Rafale dari Perancis dan persenjataan lainnya.
Pakar militer dari BRIN, Muhamad Haripin, mengakui pentingnya pembelian pesawat tempur untuk modernisasi pertahanan udara Indonesia. Namun, ia menekankan pentingnya mempertimbangkan skema pembiayaan, kesiapan personel, dan pembaruan doktrin.
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, berpendapat bahwa pembelian jet tempur ini diperlukan untuk memperkuat pertahanan, meskipun pemerintah sedang melakukan efisiensi anggaran.
‘Mau Dibayar Pakai Apa?’
Ekonom Bhima Yudhistira mempertanyakan sumber dana untuk pembelian pesawat KAAN ini. Ia menyebutkan bahwa APBN mengalami defisit dan penambahan utang dapat memperburuk kondisi keuangan negara. Bhima khawatir pembelian ini akan mengorbankan anggaran untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.
Ia juga menyoroti bahwa sekitar 25% penerimaan pajak digunakan untuk membayar bunga utang. Jika belanja bunga utang lebih tinggi daripada belanja kesehatan atau pendidikan, Indonesia berpotensi menjadi negara yang gagal secara sistemik.
Anggota Komisi I DPR, Oleh Soleh, menekankan pentingnya perhitungan yang cermat terhadap aspek pembiayaan agar tidak membebani APBN.
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menjelaskan bahwa efisiensi APBN dilakukan untuk melakukan realokasi anggaran ke sektor-sektor yang lebih bermanfaat.
Spesifikasi Pesawat Tempur KAAN
KAAN adalah pesawat tempur generasi kelima yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI). Pesawat ini dirancang untuk berbagai misi, termasuk superioritas udara, serangan presisi, dan peperangan elektronik. KAAN memiliki kemampuan siluman, supercruise, sensor fusion, dan operasi berbasis jaringan. Indonesia menjadi pembeli pertama jet tempur ini. PT Republik Aero Dirgantara (PT RAD) dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ditunjuk sebagai mitra utama dalam pengadaan pesawat KAAN ini.
Kekuatan Militer Udara Indonesia
Pengamat militer, Muhamad Aripin, menilai bahwa pembelian pesawat tempur KAAN dibutuhkan karena kekuatan armada udara Indonesia masih jauh dari ideal. Ia menyoroti keterbatasan kekuatan dan teknologi jet tempur Indonesia. Mayoritas pesawat tempur yang dimiliki Indonesia sudah berusia lebih dari 20 tahun dan perlu dilakukan pengadaan untuk memperkuat armada udara.
Pembenahan Tata Kelola Anggaran dan Doktrin Militer
Pembaruan doktrin militer saat ini diperlukan, yaitu sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Kesiapan personel dan sistem pertahanan di Indonesia juga perlu ditingkatkan. Pengamat militer, Khairul Fahmi, berpendapat bahwa pembelian KAAN telah tepat dan rasional karena dilakukan dengan skema kontrak jangka panjang.
Alutsista Lain yang Dibeli Prabowo
Sebelumnya, Prabowo juga menyepakati pembelian 42 unit jet tempur Rafale dari Perancis, 12 unit Mirage 2000-5, dan dua pesawat angkut Airbus A400M. Ia juga membeli dua kapal selam Scorpene asal Perancis, kapal perang fregat, dan beragam alutsista lainnya.