Lebanon Berupaya Melucuti Senjata Hizbullah: Mungkinkah Terjadi?

Pemerintah Lebanon mengambil langkah berani dengan menugaskan militernya untuk menyusun rencana yang membatasi kepemilikan senjata hanya pada institusi negara sebelum akhir 2025. Langkah ini secara implisit bertujuan untuk melucuti senjata Hizbullah, sebuah organisasi politik dan militer Syiah yang kuat, yang didukung oleh Iran.

Keputusan ini diambil setelah tekanan internasional yang signifikan, terutama dari Amerika Serikat. Hal ini juga merupakan bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata November 2024 yang dimaksudkan untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Hizbullah, yang mencakup perang besar selama dua bulan. Perjanjian tersebut menetapkan bahwa otoritas pemerintah Lebanon, termasuk militer dan pasukan keamanan internal, harus menjadi satu-satunya kekuatan bersenjata di negara itu.

Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam mengumumkan bahwa militer ditugaskan untuk merancang rencana pelaksanaan pembatasan kepemilikan senjata, yang akan diajukan ke kabinet sebelum akhir Agustus untuk pembahasan dan persetujuan.

Mengapa Hizbullah Bersenjata Kuat?

Hizbullah, selain sebagai partai politik, juga merupakan kelompok militan yang oleh beberapa negara dianggap sebagai organisasi teroris. Setelah perang saudara Lebanon berakhir pada tahun 1990, Hizbullah menjadi satu-satunya faksi yang mempertahankan senjatanya, dengan alasan "perlawanan" terhadap Israel.

Berkat dukungan finansial, pelatihan, dan persenjataan dari Iran, Hizbullah telah menjadi kekuatan militer yang sangat kuat di Lebanon, bahkan lebih kuat dari militer negara. Kelompok ini pernah dianggap sebagai aktor non-negara dengan persenjataan paling banyak di dunia. Meskipun demikian, perang dengan Israel telah melemahkan Hizbullah secara signifikan.

Respon Hizbullah: Penolakan?

Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, dengan tegas menyatakan bahwa kelompoknya tidak akan melucuti senjata selama agresi Israel berlanjut. Ia berpendapat bahwa melucuti senjata tanpa jaminan keamanan nasional tidak dapat diterima, karena Hizbullah menganggap dirinya sebagai bagian integral dari Lebanon.

Hizbullah masih memiliki dukungan yang kuat dari komunitas Syiah di Lebanon. Namun, survei menunjukkan bahwa meskipun memiliki pengaruh besar, hanya sedikit warga Lebanon yang benar-benar mendukung Hizbullah.

Konflik Israel dan Hizbullah: Mengapa Belum Berakhir?

Konflik lintas batas antara Hizbullah dan Israel telah berlangsung selama bertahun-tahun. Perang terbaru meletus pada Oktober 2023, setelah serangan Hamas di Israel. Israel terus melakukan serangan ke Lebanon, dengan alasan menargetkan gudang senjata dan pejuang Hizbullah, serta menuduh kelompok tersebut berusaha membangun kembali kemampuan militernya. Israel mengancam akan terus menyerang Lebanon sampai Hizbullah benar-benar dilucuti.

Scroll to Top