Raqqa, Suriah – Antusiasme luar biasa melanda pedesaan Raqqa ketika puluhan warga beramai-ramai menggali tanah di sepanjang tepian Sungai Eufrat. Pemicunya adalah surutnya air sungai yang menampakkan gundukan tanah berkilauan, memicu harapan akan penemuan emas.
Fenomena ini menciptakan suasana bak "demam emas", di mana warga desa bergegas menuju lokasi dengan peralatan sederhana seperti sekop. Bahkan, sebagian mendirikan tenda untuk menggali siang dan malam. Permintaan dan harga peralatan tambang bekas pun melonjak, memunculkan pedagang dadakan yang memanfaatkan situasi.
Namun, ahli geologi mengingatkan masyarakat untuk tidak terburu-buru menyimpulkan. Sedimen mineral memang lazim ditemukan di sepanjang Sungai Eufrat karena alirannya melewati wilayah kaya mineral. Analisis geologi mendalam diperlukan untuk memastikan keberadaan emas atau mineral berharga lainnya. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa material yang dianggap emas tersebut ternyata adalah pirit, atau "emas palsu".
Meski begitu, peringatan ilmiah tidak memadamkan antusiasme warga. Aktivitas penggalian terus berlanjut tanpa aturan atau pengawasan dari pemerintah setempat.
Sungai Eufrat, sungai terpanjang di Asia Barat Daya, membentang dari Turkiye, melintasi Suriah, hingga Irak. Bersama Tigris, sungai ini merupakan sistem perairan penting di Timur Tengah. Sayangnya, debit airnya terus menurun akibat pembangunan bendungan, sengketa air lintas negara, dan kekeringan.
Bagi sebagian warga Raqqa, surutnya Sungai Eufrat juga memiliki makna religius. Peristiwa ini dikaitkan dengan hadis Nabi Muhammad SAW tentang Sungai Eufrat yang akan surut dan menyingkap "gunung emas" sebagai pertanda kiamat. Ulama pun mengingatkan agar tidak gegabah mengaitkan kejadian ini dengan tanda-tanda kiamat tanpa pemahaman mendalam.