Israel dilaporkan mulai melonggarkan pembatasan bantuan ke Jalur Gaza setelah mendapatkan tekanan global, termasuk dari negara-negara sekutunya di Barat. Sebelumnya, blokade yang diterapkan Israel memperburuk krisis kelaparan di wilayah tersebut.
Militer Israel mengumumkan bahwa enam negara telah mengirimkan 110 paket bantuan tambahan ke Gaza melalui udara. Dengan demikian, total bantuan yang dikirimkan melalui udara sejak 27 Juli mencapai 785 paket. Negara-negara yang terlibat dalam pengiriman bantuan ini adalah Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Jerman, Belgia, dan Prancis.
Meskipun demikian, berbagai organisasi kemanusiaan menegaskan bahwa pengiriman bantuan melalui udara memiliki risiko tinggi dan kurang efektif dibandingkan pengiriman melalui jalur darat. Setelah Israel melonggarkan sebagian pembatasan pada Juli lalu, jumlah bantuan yang masuk, baik melalui darat maupun udara, masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Gaza. Tingkat malnutrisi dan kelaparan di wilayah tersebut terus meningkat.
Sementara itu, terdapat laporan bahwa Amerika Serikat berencana meningkatkan perannya secara signifikan dalam menyediakan bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Dikabarkan bahwa Gedung Putih memutuskan untuk "mengambil alih" pengelolaan upaya kemanusiaan di Gaza karena Israel dinilai "tidak menangani situasi tersebut dengan memadai".
Laporan tersebut juga menyebutkan kekhawatiran sejumlah pejabat di pemerintahan AS terkait rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memperluas perang dan merebut Jalur Gaza sepenuhnya.