Menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia, pemandangan unik muncul di berbagai daerah: bendera hitam bergambar tengkorak topi jerami dari anime One Piece. Bendera ini, yang seharusnya identik dengan dunia hiburan, justru memicu perdebatan sengit di tengah masyarakat. Kenapa bisa begitu?
Jolly Roger kru Bajak Laut Topi Jerami sebenarnya bukan hal asing di kancah global. Banyak pesepakbola ternama dunia, seperti Kylian Mbappe, menunjukkan kecintaan mereka pada One Piece, bahkan merayakannya di lapangan hijau. Hal ini membuat simbol tersebut semakin populer dan diterima secara luas.
Namun, di Indonesia, bendera One Piece mengalami pergeseran makna. Alih-alih sekadar simbol hiburan, ia digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kritik terhadap kondisi sosial dan politik negara. Hal ini memicu perbedaan pendapat di kalangan masyarakat.
Sebagian pejabat dan aparat keamanan menganggapnya sebagai ancaman terhadap persatuan dan bahkan potensi makar. Sementara itu, pakar, aktivis, dan politisi lain melihatnya sebagai bentuk kreativitas dan kebebasan berekspresi yang dilindungi oleh demokrasi.
Kontroversi ini menyoroti bagaimana sebuah simbol yang awalnya dinormalisasi oleh dunia olahraga dapat diinterpretasikan ulang untuk tujuan politik. Pertanyaan besar muncul: bagaimana lambang anime yang digemari para atlet bisa bertransformasi menjadi simbol perlawanan yang memicu reaksi keras dari negara?