Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II/2025 Diragukan, Apa Kata Pemerintah?

Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,12 persen menuai berbagai reaksi. Sejumlah pihak mempertanyakan validitas data tersebut, membandingkannya dengan indikator lain yang menunjukkan tren berbeda.

Salah satu yang menyoroti adalah perbedaan antara data pertumbuhan industri pengolahan yang dilaporkan BPS dengan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur. BPS mencatat pertumbuhan industri pengolahan sebesar 5,68 persen, sementara PMI Manufaktur justru berada di bawah ambang ekspansi sepanjang kuartal II. Hal ini menimbulkan pertanyaan karena kondisi lapangan menunjukkan adanya pelemahan, seperti peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya.

Selain itu, angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya 4,97 persen juga menjadi sorotan, mengingat kontribusinya yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini dinilai kurang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12 persen.

Menanggapi keraguan tersebut, Kepala BPS menekankan bahwa perhitungan dilakukan berdasarkan standar internasional dan data pendukung yang ada sudah valid. Menteri Keuangan juga menyatakan pemerintah tetap mempercayai data BPS, dengan keyakinan bahwa BPS menjaga integritas dalam penyajian data.

Di sisi lain, beberapa pejabat pemerintah justru menunjukkan optimisme. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) bahkan berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia seharusnya bisa lebih tinggi dari 5,12 persen. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) menambahkan bahwa stimulus pemerintah turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang tertinggi di antara negara G20 dan ASEAN. Capaian ini dianggap sebagai bukti bahwa ekonomi nasional terus membaik, dengan sektor industri, pertanian, dan konsumsi bergerak positif. Pemerintah juga menyiapkan berbagai program untuk menjaga momentum pertumbuhan, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pembangunan unit rumah.

Scroll to Top