Marc Marquez: Sang Dominator MotoGP yang Menuju Gelar Juara

Marc Marquez mengukuhkan dominasinya di MotoGP musim ini dengan performa yang nyaris sempurna. Setelah jeda musim panas, Marquez memimpin klasemen dengan selisih 120 poin dari pesaing terdekatnya, Alex Marquez.

Pembalap Ducati ini mencatatkan rekor yang menakjubkan: delapan kemenangan dari dua belas balapan Grand Prix dan sebelas kemenangan Sprint Race. Artinya, ia memenangkan 66,6% balapan hari Minggu dan 91,6% Sprint Race, sebuah pencapaian yang fantastis. Hanya balapan di Silverstone yang luput dari genggamannya.

Dominasi Marquez semakin terasa karena tidak ada pembalap lain yang mampu meraih lebih dari satu kemenangan Grand Prix musim ini. Francesco Bagnaia, Alex Marquez, Johann Zarco, dan Marco Bezzecchi masing-masing hanya mencicipi satu kemenangan.

Selain meraih poin sempurna di delapan akhir pekan balapan, Marquez juga tampil kuat di Prancis dengan meraih 32 poin, meski gagal menang di hari Minggu. Ia hanya gagal meraih poin maksimal di Austin, Jerez, dan Inggris.

Dengan statistik yang luar biasa ini, banyak yang meyakini bahwa Marquez telah merencanakan strategi untuk mengamankan gelar juara MotoGP 2025. Namun, ketika ditanya mengenai hal ini, ia justru merendah.

"Saya tidak akan menentukan kapan dan di mana saya ingin meraih gelar. Saya hanya ingin menghadapi 10 balapan terakhir dengan mindset bahwa saya satu-satunya yang bisa kehilangan gelar ini," ujarnya.

Marquez menikmati persaingan ketat di lintasan, seperti yang ia tunjukkan saat berduel dengan Bezzecchi di sprint Jerman dan saat bertarung dengan pembalap Italia dan Pedro Acosta di Brno. Ia bahkan terlihat menikmati tantangan tersebut.

Mengenai taktik membuntuti pembalap lain untuk meningkatkan tekanan ban, Marquez mengakui bahwa hal itu bukan hal yang mudah. Dengan aerodinamika modern, membuntuti pembalap lain menjadi tidak nyaman.

"Di MotoGP yang lama, Anda bisa mengikuti pembalap dengan lebih mudah. Tapi sekarang, dengan aerodinamika, sangat tidak nyaman untuk membuntuti seseorang. Itulah mengapa semua orang ingin berada di depan," jelasnya.

Marquez menekankan pentingnya meraih rasa hormat dari para pesaingnya. Ia ingin agar para rivalnya merasa terintimidasi bahkan sebelum balapan dimulai.

"Sebagai seorang atlet, apa yang Anda cari adalah untuk terus mendapatkan … Saya tidak akan mengatakan rasa takut, tapi rasa hormat. Itu tidak didapatkan dengan mikrofon – itu didapatkan selama latihan dan balapan, dengan selalu berada di depan," ucapnya.

Marquez yang sekarang tampak lebih tenang dan bijaksana, mungkin karena pengalaman berat akibat cedera yang dialaminya pada 2020.

"Sekarang, saya sedikit lebih tenang. Saya lebih banyak memikirkan segala sesuatunya – hanya sedikit!" tuturnya sambil tertawa. "Tetapi ketika Anda mengalami apa yang saya alami (cedera), Anda lebih banyak merenung sebelum mengambil keputusan di saat-saat genting, terutama di lintasan."

Scroll to Top