Muhammadiyah: Rencana Israel Kuasai Gaza Bakal Jadi Bumerang

Jakarta – Rencana Israel untuk segera menguasai seluruh Jalur Gaza menuai kecaman. Muhammadiyah meyakini langkah ini akan menjadi masalah besar bagi Israel sendiri.

Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyatakan bahwa niat Israel menguasai Gaza akan memicu protes keras dari berbagai negara. Menurutnya, dunia sudah jengah dengan kekejaman Israel di Gaza dan Palestina secara keseluruhan.

"Jika Gaza dicaplok Israel, dampaknya akan sangat besar. Bukan hanya negara-negara Arab yang mengecam, tapi juga negara-negara lain di dunia yang muak dengan tindakan Israel, terutama genosida yang mereka lakukan," ujar Anwar Abbas.

Anwar juga menyoroti potensi reaksi dari Iran dan Yaman, dua negara yang dikenal sebagai musuh Israel. Ia meyakini, kelanjutan operasi Israel di Gaza akan mengundang respons keras dari kedua negara tersebut.

"Iran dan Yaman pasti tidak akan tinggal diam," tegasnya.

Anwar Abbas memprediksi Iran dan Yaman akan meningkatkan serangan rudal ke Israel sebagai bentuk penentangan terhadap rencana penguasaan Gaza.

"Sangat mungkin kedua negara akan mengintensifkan pengiriman drone dan rudal ke Israel. Israel akan menuai akibat dari perbuatannya sendiri," jelas Anwar.

Kekhawatiran Atas Rencana Penguasaan Gaza

Israel telah menerapkan perintah pemindahan paksa warga Palestina ke wilayah yang semakin kecil di Gaza, mengubah sebagian besar wilayah menjadi zona militer.

Peningkatan operasi militer di wilayah yang tersisa akan semakin membahayakan nyawa warga Palestina, yang sudah menderita akibat serangan dan kelaparan.

Rencana Perdana Menteri Israel untuk menaklukkan Gaza juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan warga Israel yang masih disandera oleh Hamas dan kelompok Palestina lainnya.

Pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Miroslav Jenca menekankan bahwa pendudukan penuh atas Gaza akan menimbulkan konsekuensi serius.

"Hukum internasional sangat jelas. Gaza adalah dan harus tetap menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan," tegas Jenca.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel mengadakan pertemuan dengan pejabat keamanan senior untuk membahas strategi baru perang. Dalam pertemuan itu, Kepala Staf Militer mempresentasikan opsi untuk melanjutkan operasi di Gaza.

Scroll to Top