Operasi pengangkatan batu ginjal, yang dikenal sebagai Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS), umumnya dianggap aman dan efektif. Namun, sebuah kasus baru-baru ini di Italia menyoroti potensi komplikasi langka yang perlu diwaspadai: Sindrom Uremik Hemolitik Atipikal (aHUS).
Seorang wanita berusia 46 tahun dengan riwayat batu ginjal mengalami cedera ginjal serius setelah menjalani prosedur RIRS. Pasien tersebut kemudian didiagnosis dengan aHUS, kondisi langka yang menyerang sistem imun.
aHUS ditandai dengan anemia hemolitik (penghancuran sel darah merah lebih cepat dari pembentukannya), gagal ginjal akut, dan trombositopenia (jumlah trombosit yang rendah). Penyakit ini seringkali terkait dengan gangguan regulasi kaskade komplemen, sekelompok protein imun yang melawan infeksi. Overaktivasi komplemen dapat dipicu oleh faktor genetik atau faktor eksternal seperti kehamilan, infeksi, dan operasi.
Meskipun aHUS lebih sering dikaitkan dengan transplantasi organ, laporan kasus ini merupakan dokumentasi pertama aHUS yang berkembang setelah operasi RIRS.
Wanita tersebut awalnya memiliki riwayat batu ginjal berulang yang sempat keluar secara spontan. Namun, pemindaian CT pada Februari 2024 menunjukkan adanya batu di ginjal kanannya, yang kemudian diangkat melalui operasi RIRS pada Mei 2024. Prosedur tersebut berhasil membersihkan sebagian besar batu.
Sayangnya, sehari setelah operasi, pasien mengalami demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, dan penurunan produksi urine yang drastis (oliguria), yang kemudian berkembang menjadi syok septik. Hasil laboratorium mengindikasikan cedera ginjal akut, anemia hemolitik, dan trombositopenia, yang memicu kecurigaan adanya aHUS.
Meskipun upaya stabilisasi awal telah dilakukan, kondisi pasien terus memburuk dan memerlukan perawatan intensif di ICU. Serangkaian tes diagnostik dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai jenis mikroangiopati trombotik (TMA), termasuk aHUS.
Berkat penanganan yang cepat dan tepat, kondisi pasien membaik secara signifikan. Ia kemudian menjalani operasi kedua untuk mengangkat sisa batu ginjal dengan tindakan pencegahan aHUS.
Kasus ini menyoroti pentingnya kesadaran dokter terhadap potensi komplikasi langka seperti aHUS, bahkan pada prosedur non-transplantasi. Pengenalan dan penanganan dini aHUS sangat penting untuk mencegah kerusakan ginjal yang lebih parah dan menyelamatkan nyawa pasien. Hal ini juga memperluas pemahaman kita tentang faktor pemicu aHUS, yang tidak terbatas hanya pada transplantasi organ.