KAIRO – Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, mengeluarkan pernyataan keras terkait situasi di Gaza. Ia menyebut tindakan Israel sebagai "genosida sistematis" yang bertujuan untuk melenyapkan perjuangan warga Palestina.
Sisi menyoroti bahwa perang di Gaza telah berubah menjadi upaya kelaparan paksa dan pemusnahan, bukan lagi sekadar mencapai tujuan politik atau membebaskan sandera. Ia menegaskan bahwa Mesir tidak akan membiarkan pengungsian warga Palestina ke wilayahnya.
Presiden Mesir itu juga mengungkapkan bahwa lebih dari 5.000 truk bantuan telah siap di wilayah Mesir untuk memasuki Gaza. Sisi meyakini sejarah akan mencatat sikap berbagai negara terhadap perang di Gaza dan hati nurani dunia tidak akan tinggal diam selamanya.
Pernyataan Sisi muncul di tengah blokade ketat Israel yang menyebabkan 2,4 juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
Gelombang Protes di Kedutaan Besar Mesir
Aktivis di berbagai negara menargetkan kedutaan besar Mesir, mendesak pemerintah untuk membuka perbatasan Rafah dengan Gaza. Aksi protes simbolis seperti penguncian gerbang kedutaan dilakukan sebagai bentuk seruan agar akses bantuan kemanusiaan dibuka.
Sebelumnya, otoritas Mesir juga sempat menahan dan mendeportasi aktivis yang hendak berpartisipasi dalam aksi solidaritas untuk Gaza.
Krisis Kemanusiaan di Gaza
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, ratusan orang, termasuk anak-anak, telah meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi sejak Oktober 2023.
Kementerian itu juga menyebutkan bahwa Israel hanya mengizinkan sebagian kecil dari kebutuhan minimum harian bantuan untuk Gaza. Selain itu, ratusan warga sipil tewas dan ribuan lainnya terluka akibat tembakan Israel di dekat pusat distribusi bantuan. Skema bantuan yang dirancang Israel dinilai tidak efektif dan menjadi "jebakan maut" bagi warga sipil yang kelaparan.
Dampak Perang yang Mengerikan
Sejak gencatan senjata dilanggar, ribuan warga Palestina menjadi korban tewas dan luka-luka akibat pemboman udara Israel yang terus berlanjut. Secara keseluruhan, puluhan ribu warga Palestina telah tewas dan puluhan ribu lainnya terluka atau hilang sejak Oktober 2023.