Pemerintah menunjukkan komitmennya dalam memperkuat penelitian di perguruan tinggi dengan mengalokasikan tambahan dana riset sebesar Rp1,8 triliun. Kabar ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Profesor Stella Christie, dalam acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 di Bandung. Penambahan dana ini hampir dua kali lipat dari anggaran riset yang sudah ada, yang saat ini berjumlah Rp2,26 triliun.
Profesor Stella menekankan bahwa peningkatan anggaran ini merupakan wujud dukungan pemerintah terhadap peran vital riset perguruan tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, ia mengingatkan bahwa efektivitas anggaran besar ini sangat bergantung pada arah strategis riset yang dilakukan.
Menurutnya, Indonesia tidak akan mampu bersaing secara global jika universitas mencoba mengerjakan semua bidang riset dengan kualitas yang biasa-biasa saja. Ia mendorong perguruan tinggi untuk fokus pada spesialisasi atau niche area agar dapat membangun reputasi keilmuan yang diakui secara internasional.
Profesor Stella memberikan contoh bidang-bidang strategis yang berpotensi menjadi kekuatan Indonesia, seperti pertanian, mineral kritis, dan kelautan. Ia juga menyoroti pentingnya riset di bidang sosial yang dikembangkan dari keunggulan lokal, misalnya kajian tentang penggunaan teknologi oleh petani.
Lebih lanjut, Profesor Stella menjelaskan bahwa pendidikan tinggi bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Ia mencontohkan kontribusi besar Stanford University dan MIT terhadap ekonomi Amerika Serikat melalui hasil riset dan lulusan mereka.
"Ekonomi dimulai dari pengetahuan. Pengetahuan menarik investasi, investasi membangun infrastruktur, dan infrastruktur melahirkan pengetahuan baru. Siklus itu dimulai dari universitas," tegasnya, menggarisbawahi pentingnya peran perguruan tinggi dalam siklus ekonomi. Ia pun mengutip pidato Presiden Prabowo Subianto yang turut hadir dalam konvensi tersebut.