BERLIN – Pemerintah Jerman mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara ekspor peralatan militer ke Israel yang berpotensi digunakan di Jalur Gaza. Keputusan ini merupakan respons atas kekhawatiran mendalam terhadap rencana Israel untuk menduduki penuh wilayah Palestina tersebut.
Kanselir Jerman, Friedrich Merz, mengumumkan pembekuan ekspor pada Jumat (8/8/2025) dan menyatakan bahwa kebijakan ini akan berlaku "sampai pemberitahuan lebih lanjut". Merz mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi kemanusiaan di Gaza, terutama terkait kelaparan yang dialami warga Palestina.
Jerman sendiri merupakan pemasok senjata terbesar kedua bagi Israel setelah Amerika Serikat. Merz mengakui hak Israel untuk melucuti senjata Hamas dan membebaskan sandera, tetapi menekankan bahwa aksi militer yang lebih keras justru mempersulit pencapaian tujuan tersebut.
"Pemerintah Jerman percaya bahwa aksi militer yang lebih intensif di Jalur Gaza, yang diputuskan oleh kabinet Israel, akan semakin menghambat tercapainya tujuan-tujuan ini," kata Merz.
Lebih lanjut, Merz menegaskan bahwa pemerintah Jerman tidak akan menyetujui ekspor peralatan militer apa pun yang berpotensi digunakan di Jalur Gaza sampai ada perkembangan lebih lanjut.
Keputusan Jerman ini muncul setelah laporan media Israel yang menyebutkan bahwa kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana pendudukan penuh atas Jalur Gaza. Operasi tersebut akan dimulai dengan penaklukan Kota Gaza dengan tujuan mengungsikan sekitar satu juta penduduk Palestina.
Media Israel melaporkan bahwa istilah "menduduki" sengaja dihindari dalam pernyataan resmi untuk menghindari kewajiban hukum yang terkait dengan pendudukan formal berdasarkan hukum internasional. Namun, seorang pejabat senior Israel mengonfirmasi bahwa niat sebenarnya adalah untuk menduduki Jalur Gaza.
Keterlibatan dalam Tuduhan Genosida
Menurut data Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), pada tahun 2023, Jerman memasok 47% dari total impor senjata konvensional Israel, sementara AS menyumbang 53%. Pada tahun yang sama, Jerman menyetujui ekspor senjata senilai 326,5 juta euro ke Israel.
Pada Maret 2024, Nikaragua mengajukan gugatan terhadap Jerman di Mahkamah Internasional, menuduh Jerman terlibat dalam genosida di Gaza karena dukungan militer, keuangan, dan politiknya kepada Israel setelah serangan militer yang menghancurkan pada Oktober 2023.
Parlemen Jerman mencatat bahwa antara Oktober 2023 dan Mei 2025, Berlin memberikan izin ekspor peralatan militer kepada Israel senilai 485 juta euro.