Trump Ancam Kenakan Tarif Tinggi untuk Negara Pengimpor Minyak Rusia, Strategi Baru Tekan Putin?

Pemerintahan Donald Trump kembali memanfaatkan instrumen tarif untuk mencapai tujuan politik luar negeri. Kali ini, sasaran utama adalah negara-negara yang masih mengimpor minyak dari Rusia. Langkah ini diyakini sebagai upaya menekan Moskow agar segera menyetujui perdamaian di Ukraina.

Sebagai langkah awal, AS telah menggandakan tarif impor barang dari India, yang merupakan salah satu pembeli utama minyak Rusia setelah sanksi Barat diberlakukan. Meskipun belum ada kesepakatan formal dengan China, importir minyak Rusia terbesar, Gedung Putih mengisyaratkan kemungkinan pengumuman sanksi serupa terhadap negara lain yang masih membeli minyak dari Rusia.

Ini bukan pertama kalinya Trump menggunakan tarif untuk mencapai tujuan politik selain perdagangan. Sebelumnya, ia pernah mengancam Brasil, Denmark, dan Kanada terkait isu-isu lain.

Kebijakan tarif sekunder ini berpotensi memberikan tekanan ekonomi yang signifikan pada Rusia, mengingat penjualan minyak adalah salah satu sumber utama pendapatan negara. Namun, langkah ini juga menyimpan risiko politik bagi Trump, terutama menjelang pemilu sela.

Kenaikan harga minyak sebagai dampak kebijakan ini dapat membebani ekonomi domestik AS. Selain itu, kebijakan ini juga dikhawatirkan akan memperumit negosiasi dagang AS dengan India dan China, yang kini memiliki posisi tawar yang kuat sebagai pembeli energi utama.

Para analis meragukan efektivitas tekanan tarif ini terhadap Putin. Meskipun menghentikan impor minyak oleh India dan China dapat memukul ekonomi Rusia, banyak pihak percaya bahwa hal itu tidak akan terjadi. China, misalnya, telah mengindikasikan akan terus membeli minyak dari Rusia meskipun ada tekanan tarif dari AS.

Sejak akhir 2022, Rusia memang terpaksa mengalihkan ekspor minyaknya dari Eropa ke Asia dengan harga diskon akibat kebijakan batas harga yang diberlakukan negara-negara Barat. Tarif tambahan dari AS kini mengancam strategi tersebut.

Gedung Putih mengindikasikan kemungkinan pertemuan antara Trump dan Putin dalam waktu dekat. Namun, analis skeptis bahwa Moskow bersedia mengakhiri agresinya di Ukraina.

Sanksi dan tarif memang dapat melemahkan ekonomi Rusia, tetapi belum tentu memaksa perubahan kebijakan Putin. Kebijakan ini juga berpotensi merusak hubungan bilateral AS dengan India dan China. Negara-negara tersebut menyadari bahwa AS membutuhkan mereka, sehingga memberi mereka ruang untuk menolak.

Scroll to Top