Saham COIN mengalami Auto Rejection Bawah (ARB) pada 8 Agustus 2025. Bersamaan dengan itu, tingkat free float atau saham yang beredar di publik melonjak menjadi 43% setelah penerbitan saham baru sebesar 15%. Apakah ini pertanda berakhirnya masa kejayaan COIN?
Kupas Tuntas Kepemilikan Saham COIN
Struktur kepemilikan COIN pasca IPO menyebabkan free float mencapai 43%. Hal ini disebabkan akumulasi saham publik dan 10 pemegang saham dengan kepemilikan di bawah 5%, tanpa adanya kebijakan lock-up.
Sebelum IPO, COIN memiliki 14 pemegang saham, termasuk:
- PT Megah Perkasa Investindo (MPI) (Andrew Hidayat): 28,22%
- PT Bahana Nusantara Indojaya (Aaron Ang nio): 23,45%
- Ir. H. Budi Mardiono: 9,33%
- PT Teknologi Anak Nusantara (Jeth Soetoyo): 6%
- Dan beberapa perusahaan lain dengan kepemilikan lebih kecil.
Tiga pengendali utama COIN adalah Andrew Hidayat, Aaron Ang nio, dan Jeth Soetoyo. Setelah IPO, selain kepemilikan publik 15%, ada 10 pihak pemegang saham dengan kepemilikan di bawah 5% yang dianggap sebagai free float.
Apakah Pemilik Lama Sudah Jualan?
Pertanyaan besarnya adalah, apakah para pemegang saham dengan kepemilikan di bawah 5% ini sudah melepas sahamnya? Sayangnya, prospektus COIN tidak mencantumkan kebijakan lock-up saham, sehingga mereka bebas menjual sahamnya kapan saja.
Data broker dari awal Juli hingga 8 Agustus 2025 menunjukkan beberapa broker mencatatkan penjualan bersih saham COIN terbesar, antara lain AZ (Sucor Sekuritas), LG (Trimegah Sekuritas), RF (Buana Capital Sekuritas), DR (RHB Sekuritas), dan KI (Ciptadana). Namun, sulit untuk memastikan apakah penjualan tersebut berasal dari 10 pemegang saham di bawah 5%.
Prospek Saham COIN: Masih Menarik?
Kinerja keuangan COIN di kuartal II/2025 menunjukkan pemulihan dengan laba Rp25,51 miliar dibandingkan rugi tahun sebelumnya. Pendapatan juga melonjak 187% menjadi Rp113 miliar.
Namun, usia operasional COIN yang masih baru membuat prospek jangka panjangnya sulit diprediksi. Sebagai satu-satunya Self Regulatory Organization (SRO) di sektor kripto Indonesia, pertumbuhan COIN bergantung pada tren bullish pasar kripto dan penambahan exchange anggota.
Jika tren Bitcoin memasuki periode winter (2 tahun sebelum halving), COIN akan menghadapi tantangan pertumbuhan pendapatan di 2026.
Kesimpulan:
Sulit untuk membuktikan bahwa pemilik saham COIN di bawah 5% sudah menjual sahamnya. Namun, tanpa lock-up saham, potensi tekanan jual dalam jangka menengah panjang tetap ada.
COIN mungkin lebih menarik untuk trading jangka pendek memanfaatkan momentum pasar kripto yang bullish dan kebijakan pemerintah terkait sektor kripto. Perlu diingat bahwa status COIN sebagai satu-satunya SRO di bidang kripto tidak menjamin posisinya jika muncul pesaing baru.