Jepang Peringati 80 Tahun Tragedi Nagasaki: Tanpa Menyebut Pelaku Pengeboman

Jepang dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingati 80 tahun peristiwa kelam pengeboman Nagasaki, sebuah momen bersejarah yang mengubah jalannya Perang Dunia II. Namun, peringatan ini kembali menyoroti keengganan untuk secara terbuka menyebutkan Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya bom atom tersebut.

Pada tanggal 9 Agustus 2025, peringatan tersebut berlangsung, mengenang peristiwa mengerikan pada 9 Agustus 1945, ketika bom atom menghantam Nagasaki, menyusul pengeboman serupa di Hiroshima tiga hari sebelumnya. Dua serangan nuklir ini memaksa Jepang menyerah tanpa syarat, mengakhiri perang yang telah berlangsung lama.

Tradisi untuk tidak menunjuk AS secara langsung dalam peringatan semacam ini terus berlanjut. Fokus utama pidato para pejabat Jepang tertuju pada dampak dahsyat bom atom dan seruan global untuk penghapusan senjata nuklir.

Perdana Menteri Jepang, Ishiba Shigeru, menekankan pentingnya mewariskan memori tentang tragedi perang, khususnya dampak brutal dan kehancuran yang disebabkan oleh bom atom.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, melalui perwakilannya Izumi Nakamitsu, menyerukan kepada semua negara untuk mengambil tindakan nyata dalam memperkuat rezim perlucutan senjata global, dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sebagai fondasinya.

Wali Kota Nagasaki, Shiro Suzuki, mendesak para pemimpin dunia untuk mengimplementasikan langkah-langkah konkret menuju penghapusan total senjata nuklir.

Fakta bahwa AS adalah satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam peperangan juga tidak diakui secara eksplisit dalam peringatan ini. Meskipun serangan tersebut telah diklaim oleh pejabat AS sebagai tindakan yang diperlukan untuk menghindari invasi yang lebih berdarah, Survei Pengeboman Strategis AS tahun 1946 menyimpulkan bahwa Jepang kemungkinan akan menyerah bahkan tanpa penggunaan bom atom.

Peristiwa ini terjadi di tengah konteks global yang tegang. Bulan lalu, AS melakukan serangan udara terhadap beberapa lokasi di Iran yang terkait dengan program nuklir negara tersebut, dengan alasan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Iran membantah tuduhan tersebut dan menekankan haknya untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai di bawah NPT.

Tindakan AS terhadap fasilitas Iran telah memicu kritik dari beberapa negara, termasuk Rusia dan China, yang menuduh AS merusak upaya non-proliferasi global.

Scroll to Top