Waspada Leptospirosis: Satu Kasus Terdeteksi di Grobogan, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan melaporkan adanya satu kasus Leptospirosis pada semester pertama tahun 2024. Meskipun jumlahnya masih tergolong rendah, Dinkes Grobogan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengenali gejala serta cara pencegahannya.

Kasus tersebut teridentifikasi di awal tahun di wilayah Kabupaten Grobogan. Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, dan seringkali mewabah saat musim hujan atau banjir.

Penularan terjadi dari hewan ke manusia melalui air yang tercemar, seperti genangan air, sungai, dan selokan yang kotor. Bakteri ini dapat bertahan hidup di lingkungan yang lembap dan basah. Tikus menjadi hewan yang paling sering menularkan bakteri ini, terutama di lingkungan yang kurang bersih.

Gejala Leptospirosis dan Cara Pencegahannya

Gejala umum Leptospirosis meliputi demam mendadak, nyeri otot, sakit kepala, dan mata merah. Infeksi bakteri Leptospira dapat menyebar melalui aliran darah dan menyerang organ-organ penting seperti hati, ginjal, paru-paru, jantung, dan otak.

Jika ditangani secara dini, pasien Leptospirosis memiliki peluang untuk sembuh. Pemulihan ditandai dengan suhu tubuh yang kembali normal, fungsi organ yang membaik, dan kondisi tubuh yang pulih dalam waktu 3-6 minggu.

Pencegahan Leptospirosis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar tempat tinggal maupun tempat kerja. Masyarakat disarankan untuk menghindari kontak langsung dengan air kotor, menggunakan alat pelindung diri saat banjir, dan menghindari hewan pembawa bakteri.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko penularan Leptospirosis dapat ditekan.

Scroll to Top