India dilaporkan menunda rencana pembelian sejumlah besar peralatan militer dari Amerika Serikat. Penundaan ini mencakup kendaraan tempur Stryker, rudal anti-tank Javelin, dan enam pesawat intai Boeing P8I beserta sistem pendukungnya dengan nilai mencapai US$3,6 miliar.
Keputusan ini muncul setelah pemerintah AS memberlakukan tarif impor tambahan sebesar 25% terhadap produk-produk India, efektif sejak awal Agustus tahun lalu. Dengan kebijakan ini, total bea masuk atas ekspor India ke AS melonjak menjadi 50%, menjadikannya salah satu yang tertinggi di antara mitra dagang Amerika.
Pemerintah AS mengklaim bahwa langkah ini merupakan respons atas pembelian minyak Rusia oleh India, yang dituduh mendanai invasi Rusia ke Ukraina. Rencana kunjungan Menteri Pertahanan India ke Washington untuk mengumumkan pembelian tersebut pun dibatalkan.
Pemerintah India menyatakan merasa diperlakukan tidak adil, mengingat negara-negara Barat lainnya tetap menjalin hubungan dagang dengan Rusia demi keuntungan mereka sendiri.
Pergeseran Hubungan Pertahanan India
Dalam beberapa tahun terakhir, India dan AS telah mempererat hubungan keamanan mereka, terutama didorong oleh kekhawatiran bersama terhadap pengaruh China. India, sebagai importir senjata terbesar kedua di dunia, secara tradisional bergantung pada Rusia sebagai pemasok utama. Namun, tren menunjukkan pergeseran ke arah pemasok dari Barat seperti Prancis, Israel, dan AS.
Pergeseran ini sebagian disebabkan oleh keterbatasan Rusia dalam mengekspor senjata karena kebutuhan internalnya dalam konflik di Ukraina. Selain itu, kinerja beberapa senjata Rusia di medan perang juga menuai kritik dari analis Barat.
Meskipun terjadi penundaan pembelian, kemitraan pertahanan yang lebih luas antara AS dan India, termasuk berbagi intelijen dan latihan militer bersama, tetap berjalan lancar.
India juga terbuka untuk mengurangi impor minyak dari Rusia dan mencari alternatif dari negara lain, termasuk AS, asalkan harga yang ditawarkan kompetitif.
Meskipun ada ketegangan, India cenderung tidak akan sepenuhnya meninggalkan senjata Rusia karena kemitraan puluhan tahun yang terjalin, yang berarti sistem militer India akan terus membutuhkan dukungan dari Moskow.