China tengah bergulat dengan lonjakan kasus Chikungunya yang mengkhawatirkan, mencapai lebih dari 10.000 penderita. Situasi ini memicu respons ketat serupa penanganan pandemi, termasuk karantina, pembatasan gerak, dan penyemprotan insektisida secara massal. Kini, virus mematikan ini dilaporkan telah menyebar ke negara tetangga.
Taiwan baru-baru ini mengonfirmasi kasus impor Chikungunya pertama pada seorang wanita yang baru kembali dari Foshan, pusat wabah di Provinsi Guangdong, China. Selain Foshan, lebih dari selusin kota lain di Guangdong juga melaporkan infeksi, dengan ribuan kasus baru bermunculan setiap minggunya.
Menanggapi hal ini, otoritas kesehatan Amerika Serikat mengeluarkan peringatan perjalanan ke Guangdong.
"Wabah di China sangat mengkhawatirkan. Potensi penyebaran ke AS sangat nyata," kata seorang ahli penyakit menular, menyoroti risiko penularan lintas batas melalui perjalanan udara.
Pakar kesehatan menekankan mobilitas global meningkatkan risiko penyebaran virus ini. Chikungunya, yang disebarkan oleh nyamuk Aedes yang sama dengan demam berdarah dan Zika, dapat menyebabkan demam tinggi dan nyeri sendi hebat. Meskipun jarang berakibat fatal, komplikasi serius dapat terjadi pada jantung dan otak.
Seorang peneliti dari Inggris menggambarkan wabah ini sebagai yang terbesar yang pernah tercatat di China.
Sepanjang tahun 2025, Chikungunya telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara di Afrika, Asia, dan bahkan Eropa. Data dari otoritas kesehatan Eropa mencatat ratusan ribu kasus dan hampir seratus kematian di beberapa negara.
Di AS, semua kasus Chikungunya yang dilaporkan tahun ini adalah kasus impor. Dengan jutaan orang bepergian antara AS dan China setiap tahun, risiko penularan lokal dianggap signifikan.
Awalnya, pelancong dari Foshan diwajibkan menjalani karantina mandiri, tetapi aturan ini telah dicabut. Saat ini, pasien positif dirawat di rumah sakit dengan perlindungan kelambu nyamuk.
Pemerintah China mengambil langkah-langkah drastis, termasuk penggunaan drone untuk menemukan sarang nyamuk, penyemprotan insektisida, dan himbauan kepada warga untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk. Sanksi berat diberlakukan bagi pelanggar aturan.
Meskipun fase akut Chikungunya biasanya berlangsung singkat, nyeri sendi dapat bertahan lama. Bayi, lansia, dan penderita penyakit kronis memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Penularan terjadi melalui gigitan nyamuk, bukan secara langsung antar manusia.
Saat ini, belum ada pengobatan antivirus khusus untuk Chikungunya. Pengobatan berfokus pada istirahat, hidrasi, dan pereda nyeri. Pengendalian populasi nyamuk adalah kunci untuk mengendalikan penyebaran wabah yang terus meluas ini.